REPUBLIKA.CO.ID,ATHENA--Masyarakat Yunani memadati Tempat Pemilihan Suara (TPS) dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) bersamaan dengan referendum terkait krisis Yunani, Ahad (5/7). Hari ini penentuan Yunani apakah menerima tuntutan kreditur dengan imbalan pinjaman penyelamatan atau menolak kesepakatan.
Pemerintah telah melakukan kampanye intens sebelum referendum hari ini dan menyisakan selebaran dan poster di kota-kota Yunani. Perdana Menteri Alexis Tsipras menegaskan bahwa 'tidak' akan memperkuat tangannya untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik dengan kreditor. Sementara 'ya' berarti menyerah untuk menuruti tuntutan kreditor. Ia berharap masyarakat memilih 'tidak'.
"Hari ini, demokrasi mengalahkan rasa takut. Saya sangat optimis," kata Tsipras usai pemungutan suara di Athena kepada para wartawan.
Pihak oposisi menuduh Tsipras membahayakan keanggotaan Yunani tetap berada bersama 19 negara di Uni Eropa. Sebab 'ya' akan mempertahankan penggunaan euro di Yunani.
Pejabat Eropa telah secara terbuka mendesak Yunani untuk memberikan suara melawan permintaan pemerintah. "Saya berharap orang-orang mengatakan 'Ya'," kata Presiden Parlemen Eropa, Martin Schulz.
Pemilihan suara akan berlangsung hingga 19.00 waktu setempat. Sementara pemlihan masih berlangsung, antrean ATM masih tetap mengular.
Masyarakat menarik uangnya dengan batasan 60 euro per hari. Sebab, mereka khawatir dengan dibloknya rekening mereka mengingat bank telah ditutup untuk mengurangi penarikan besar-besaran. Peraturan tersebut dibuat pemerintah sejak 28 Juni.
Dalam jajak pendapat yang diterbitkan Jumat (3/7) menunjukkan, sekitar 75 persen masyarakat Yunani ingin tetap menggunakan euro. Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan kesenjangan generasi. Lebih banyak pemilih muda berada di sisi 'tidak' dibanding pemilh berusia tua.
"Hari ini, kami orang-orang Yunani memutuskan nasib negara kita. Kami memilih 'ya' ke Yunani, kami memilih 'ya' ke Eropa," kata pemimpin oposisi konservatif Antonis Samaras.