REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyambut baik gagasan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), terkait penyatuan kalender Islami. Kementerian Agama, kata Lukman, dalam beberapa bulan terakhir telah melakukan pertemuan-pertemuan dengan sejumlah ormas Islam dengan agenda penyatuan kalender Islami.
Menag mengaku telah bertemu dengan dua ormas besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, dalam upaya penyamaan kalender Islami. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Machasin mengatakan penyatuan kalender Islam sejauh ini memiliki persoalan belum samanya pandangan tentang berbagai kriteria, salah satunya tentang standar keterlihatan hilal (bulan).
Bulan sendiri menjadi alat acuan utama dalam menetapkan penanggalan Islam. Machasin juga optimistis kalender Islam bisa disatukan kendati masih terdapat beberapa perbedaan mendasar, terutama dalam menerapkan kriteria hilal. "Ada jalan untuk disatukan," kata dia, Kamis (17/6).
Yang berbeda sekarang itu, kata dia, bukan rukyat dan hisab. "Tapi kriterianya berapa. Bagi penganut hisab, maka derajat hilal di cakrawala sebesar nol derajat maka sudah dianggap maka konjungsi dan dinyatakan sebagai bulan baru. Berbeda dengan penganut imkanu rukyat yang mensyaratkan hilal itu ada di dua derajat atau lebih," kata dia.