REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Insiden yang menimpa umat Islam yang sedang shalat Idul Fitri, Jumat (17/7), di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, dikhawatirkan menyebabkan trauma berkepanjangan bagi anak-anak di lokasi kejadian. Sebab, alih-alih bergembira menyambut Hari Lebaran, mereka justru bersedih lantaran melihat atau bahkan ikut merasakan langsung dampak amuk massa.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh mengatakan, insiden ini mesti diusut tuntas oleh kepolisian dan pelakunya harus diadili segera. Terkait kemungkinan jatuhnya korban fisik maupun psikologis anak-anak, Niam menyatakan keprihatinan yang mendalam.
"Alih-alih penuh suka cita, hati anak-anak itu malah dihantui oleh rasa takut, tercekam, bahkan trauma oleh teror yang terpaksa mereka dan keluarga mereka alami," ujar Asrorun Niam Sholeh, Sabtu (18/7), dalam keterangan tertulis yang diterima ROL, Sabtu Malam.
Ia menjelaskan, pihaknya akan melakukan pendampingan terhadap anak-anak yang menjadi korban insiden Lebaran di Papua itu. Selain itu, lanjut Niam, KPAI juga secara khusus meminta Kementerian Sosial untuk segera mengadakan rehabilitasi terhadap para korban.
"Khususnya anak-anak yang mengalami trauma akibat tindak kekerasan yang terjadi," ucap dia.
KPAI sendiri sedang melakukan identifikasi jumlah korban anak akibat insiden ini. Hingga kini, Niam menjelaskan, KPAI Pusat terus menjalin komunikasi dengan lembaga-lembaga perlindugan anak di provinsi paling timur di Indonesia itu.