REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ronny Mandang membacakan pernyataan terkait peristiwa di Tolikara. Pertikaian dan bentrokan masyarakat telah mengakibatkan saudara-saudara muslim terganggu saat solat ied, jatuh korban meninggal dan luka-luka, serta perusakan dan pembakaran musholah.
"Berdasarkan informasi dari pimpinan Sinode GIDI dan mencermati latar belakang peristiwa yang terjadi, maka Pimpinan Pusat Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga -lembaga Injil Indonesia (PLGII) memberikan pernyataan resmi," ujar Ketua Umum PGLII, di kantor PGI, Jalana Salemba, Jakarta, Sabtu (18/7).
Pertama, PGLII menyeselaikan peristiwa yang telah menodai kerukunan umat beragama. Peristiwa ini juga melukai kesucian hari raya idul Fitri di Tolikara Papua. "PGLII, tidak membenarkan segala bentuk kekrasan yang mencederai keutuhan persaudaraan," ujar Ronny
Kedua, PGLII memandang ini merupakan peristiwa lokal yang tidak mencerminkan kerukunan.
Ketiga, PGLII menyatakan prihatin atas peristiwa yang menimpa saudari Muslim di Papua. PGLII juga menyampaikan rasa simpatik mendalam atas jatuhnya 12 korban wargaKristen jemaat GIDI Toli.
"11 orang luka-luka, satu orang meninggal dunia," ujar Ronny
Keempat, PGLII menyerahkan permasalahan ini pada pihak berwajib untuk menegakkan hukum seadil-adilnya.
Kelima, PGLII meminta pemerintah perlu mendalami akar masalah ini, apakah peristiwa ini merupakan rasa frustasi dari masyarakat yang tersisih.
Hadir dalam konferensi Pers, Dirjen Bimas Kristen Oditha R. Hutabarat, Ketua Umum PGLII Ronny Mandang, Sekretaris PGLII Fredy Soenyito, Ketua Umum PGI Henriette T. Hutabarat, Wakil Sekretaris umum PGI Krisbosal, dan sejumlah pendeta asal Papua yang menjadi pendeta GIDI.