REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Perdana Menteri Aljazair Abdelmalek Sellal berjanji melakukan perburuan tanpa henti terhadap pembunuh yang menewaskan sedikitnya sembilan tentara yang tertangkap dalam sebuah penyergapan oleh kelompok Alqaida cabang Afrika Utara.
"Akan ada pengejaran tanpa henti dari teroris ini," kata Sellal saat berkunjung ke Madrid, mengacu pada serangan pada Jumat (17/7) lalu terhadap patroli militer di Djebel Louh di Provinsi Ain Defla, 140 kilometer (85 mil) barat daya dari ibu kota Aljir.
Dalam pernyataannya yang diterjemahkan dari bahasa Arab dalam konferensi pers dengan Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy menambahkan negaranya bertekad memerangi terorisme.
Sellal menyampaikan jumlah tentara yang tewas sebanyak sembilan orang dalam sebuah serangan di awal liburan Idul Fitri yang menandai akhir bulan Ramadhan. Al Qaeda in the Maghreb Islam (AQIM) dalam sebuah pernyataan yang belum diverifikasi yang diunggah secara dalam jaringan, mengaku telah membunuh 14 tentara.
Sellal mengatakan Aljazair telah meningkatkan keamanan di sepanjang perbatasan negara dalam upaya memulihkan perdamaian dan ketenangan untuk semua warga negara. Aljazair masih memikul dampak dari perang saudara yang brutal pada 1990-an dengan pemberontak.
Sellal mengatakan negara yang kaya gas itu telah membuat kemajuan semenjak menuju rekonsiliasi dan pertanyaan yang berkaitan dengan ekstremisme bisa ditangani tidak hanya melalui penggunaan kekuatan.
Serangan pada Jumat (17/7) lalu itu adalah yang paling mematikan terhadap angkatan bersenjata sejak April 2014 ketika 15 tentara tewas dalam penyergapan di pegunungan sebelah timur laut Aljazair.
AQIM yang berkembang dari kelompok Salafist bagi Khutbah dan Perang (GSPC) Aljazair telah melakukan sejumlah serangan dan penculikan warga Barat di wilayah Sahel yang berada di utara dan barat Afrika dalam satu dasawarsa terakhir.