Selasa 28 Jul 2015 09:03 WIB

Keluarga Pertanyakan Mandeknya Kasus Pembunuhan Imam Masjid Dearborn

Ilustrasi pembunuhan.
Foto: IST
Ilustrasi pembunuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --  Kematian Imam Luqman Ameen Abdullah enam tahun lalu masih menyisakan serangkaian tanda tanya. Keluarga menuduh FBI Detroit terlibat dalam upaya memanupulasi dan menyembunyikan bukti atas kematian Abdullah.

“Keluarga belum tahu apa yang sebenarnya terjadi,” kata Shereef Akeel, tim pengacara  Abdullah kepada Detroit Free Press, dilansir dari onislam.net, Selasa (27/7).

Baca Juga

Akeel melanjutkan, mereka tak pernah diberi kesempatan untuk mengetahui apa yang terjadi. Pintu pengadilan telah tertutup rapat bagi keluarga korban. Luqman Ameen Abullah adalah seorang imam lokal berusia 53 tahun di Dearborn, dekat Detroit, Amerika Serikat. Ia ditembak oleh FBI pada tangal 28 Oktober 2009.

Otopsi yang dilakukan pada bulan November 2010 memperlihatkan adanya 21 luka tembak di tubuh sang Imam. Sejumlah tembakan mengenai kepala, perut, skrotum, dan punggung.

Kematian ini sempat menimbulkan kegemparan di kalangan komunitas Muslim AS. Agen FBI mengatakan, mereka melepaskan tembakan setelah Abdullah menembak anjing mereka yang dikirim ke rumahnya.

Akan tetapi, kronologi dari agen FBI ini dipertanyakan. Pasalnya, menurut seorang penyidik dari Kantor Pemeriksa Medis yang tiba di tempat kejadian, tubuh Abdullah ditemukan dengan posisi pergelangan tangan diborgol di belakang punggung. Abdullah juga memiliki beberapa lecet di tangan, untuk alasan yang tidak diketahui.

Menurut pengacara, polisi lokal dan tenaga medis ditolak masuk ke gudang untuk melihat kondisi TKP. Tubuh Abdullah juga sudah dipindahkan ke lokasi yang berbeda di dalam gudang sebelum penyidik lokal dan tenaga medis diizinkan masuk ke TKP.

Sementara, sidik jari Imam tidak pernah ditemukan pada setiap senjata di tempat kejadian perkara. Temuan-temuan ini sontak menimbulkan kecurigaan. Kelompok Muslim dan aktivis hak-hak sipil meminta dilakukan investigasi independen atas peristiwa ini.

Saat penggerebekan, laporan FBI menyebut Abdullah sebagai pemimpin kelompok Sunni fundamentalis yang ditempatkan dengan misi utama mendirikan negara Islam di AS. Ia dianggap teroris oleh kelompok inteligen.

“Kami telah berjuang di pengadilan selama lebih dari lima tahun. Pemerintah terus menutupinya,” kata Omar Regan, salah satu putra Abdullah.

Kini, hampir enam tahun setelah penembakan, keluarga meminta Mahkamah Agung AS untuk meninjau kembali kasus ini. Permohonan ini menjadi upaya terakhir keluarga untuk mencari keadilan. (C 38)

http://www.onislam.net/english/news/americas/490577-family-of-slain-us-imam-seeks-justice-.html

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement