Selasa 28 Jul 2015 20:00 WIB

Alfamart Tahan Harga di Tengah Penguatan Dolar

Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, Hans Prawira
Foto: Alfamart
Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, Hans Prawira

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelola jaringan ritel Alfamart mengaku berupaya untuk tetap menahan harga sedemikian rupa meskipun kondisi perekonomian Indonesia sedang lesu saat ini. Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, Hans Prawira mengaku menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah dapat mengancam keberlangsungan usaha perusahaan lokal termasuk industri ritel.

Ia menyebut, meskipun yang dijual di minimarketnya adalah produk lokal tetapi banyak diantaranya mengandung komponen impor. Karenanya, jika dolar tetap tidak terkendali, maka kenaikan harga produk pun menjadi tidak bisa dihindarkan.

"Walaupun kita membelinya lokal, komponen impornya tinggi sekali," ujar dia.

Hans mengaku, pemasok produk sampai saat ini terus berusaha menahan harga menghadapi pertumbuhan ekonomi yang menurun. Namun, jika dolar terus menguat, akan sulit untuk menahan harga tetap pada posisi seperti saat ini.

"Yang kami khawatirkan adalah kenaikan harga dari pemasok. Tapi selama dolar masih relatif di angka Rp 13.500 dan tidak terlalu naik, kami masih akan terus bertahan," ujarnya.

Menurut Hans, permasalahannya adalah nilai tukar dolar yang tidak bisa dikontrol karena dipengaruhi ekonomi global. Jika dolar terus naik maka sedikit banyak akan berimbas pada kenaikan harga termasuk di industri ritel.

“Di tahun 2015, ada beberapa kategori produk yang harganya naik 9-11 persen. Salah satunya susu. Oleh sebab itu, jika memang harus ada kenaikan harga, maka akan dinaikkan perlahan antara 3-4 persen,” tuturnya.

Melihat situasi ekonomi yang lemah, Alfamart tidak akan menaikkan harga produk seluruhnya karena daya beli masyarakat yang relatif rendah. Meski kondisi ekonomi sedang sulit, kata dia, Alfamart tetap berusaha mempertahankan pendapatan. perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan 14-15 persen. Menurutnya, ada dua hal yang dilakukan untuk mencapai target tersebut, diantaranya konsolidasi internal dan efisiensi.

"Efisiensi salah satunya dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi. Misalnya, penggunaan tablet untuk aktivitas reporting, jadi tidak perlu dicetak di kertas lagi," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement