Jumat 31 Jul 2015 17:50 WIB

DPR: Aspek Syariah tak Diperlukan dalam BPJS

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Joko Sadewo
Seorang warga menunjukkan kartu BPJS Kesehatan miliknya.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Seorang warga menunjukkan kartu BPJS Kesehatan miliknya.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pembentukan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memang tak memperhatikan aspek syariah. Mantan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Achsanul Qosasi mengatakan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) perlu memahami peruntukan sistem jaminan kesehatan negara itu.

Achsanul, yang merupakan salah satu anggota Panitia Khusus (Pansus) pembentukan BPJS itu mengungkapkan, dalam perumusan regulasinya, BPJS memang tak mengakomodir kepentingan syariah. "Memang tidak pernah dibahas aspek syariahnya. Luput begitu saja saat pembahasan," kata Achsanul,  Jumat (31/7).

Tak terbahasnya aspek syariah  itu dikatakan Achsanul karena memang tak diperlukan. Sebab, pembentukan BPJS tersebut, bukan diorientasikan untuk kepentingan bisnis perbankan ataupun jual beli. Melainkan, untuk memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat.

Dia menerangkan, BPJS bukan dilandaskan pada akad jual beli. Karena itu, fatwa MUI tentang halal ataupun haramnya penerapan sistem penjaminan kesehatan untuk rakyat itu perlu dikoreksi. "BPJS itu kan bukan bank yang memperdagangkan uang. Yang itu memang ada riba. BPJS itu akadnya adalah penj-aminan untuk kesehatan," terang dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement