REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Toledo, sebuah kota di bagian tengah Spanyol, dikenal sebagai ibu kota pemerintahan Muslim pertama. Sebelumnya, kota ini telah menjadi pusat pemerintahan Visighotic hingga jatuh ke tangan orang-orang Muslim Arab pada 712 M.
Toledo menyimpan cukup banyak peninggalan kaum Muslim. Berakhirnya Dinasti Umayyah pada 976 M tak serta merta menghentikan pengaruh budaya Muslim di Spanyol. Selepas itu, muncul kerajaan-kerajaan kecil (taifas). Kerajaan-kerajaan itulah yang melanjutkan peninggalan monumen di pusat-pusat kota.
Yulianto Sumalyo dalam Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim menyebut, salah satunya, Masjid Bab al Mardum (999-1000) di Toledo.
Secara ukuran, masjid ini relatif kecil. Runtuhnya Dinasti Umayyah menjadi dinasti kecil-kecil di wilayah Andalusia tak pelak mempengaruhi perkembangan arsitektur, khususnya dari segi besaran.
Meski begitu, masjid ini memesona pada masanya. Hillenbrand dalam Islamic Art and Architecture menyebut masjid ini sebagai miniaturisasi Masjid Agung Cordoba. Ornamen dan detail-detail konstruksi, terutama pelengkung majemuk, bertumpuk dan bersilang meniru yang ada di Cordoba.
Dengan luas 10x10 meter, masjid ini sesungguhnya lebih pas disebut mushola. Konstruksinya dari batu bata dengan dinding tebal, berdenah segi empat, dan atap masjid berbentuk limasan dari genting khas Andalusia. Pada dinding depan, terdapat pelengkung-pelengkung sebagai hiasan, yang bentuknya persis pelengkung di dalam masjid Cordoba.
Menurut inskripsi yang tertulis dengan gaya Kufi di sisi masjid, Bab Al Mardum dibangun oleh Ahmad ibn Hadidi, dengan arsitek Musa ibn Ali. Sekembalinya orang-orang Kristen di Andalusia, masjid ini berubah menjadi kapel bernama San Cristo de la Luz.