REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Thomas Lembong mengaku kaget ketika Presiden Joko Widodo memintanya menjabat Menteri Perdagangan. Pria lulusan Universitas Harvard tersebut secara resmi telah menduduki kursi tertinggi di Kementerian Perdagangan menggantikan Rachmat Gobel hari ini, Rabu (12/8).
"Saya dikasih tahu tadi pagi bahwa pukul 13.00 WIB saya diminta hadir untuk dilantik di Istana Negara, dan saya lumayan kaget," ujar Thomas seusai serah terima jabatan di Kementerian Perdagangan, Rabu (12/8).
Meski kaget, pria yang akrab disapa Tom tersebut mengaku senang dan bersedia untuk dilantik sebagai menteri perdagangan. Pasalnya, jalan ini merupakan peluang besar untuk mengabdi dan memberikan sumbangsih bagi negara.
"Gaya saya sangat informal karena latar belakang saya dari sektor swasta, jadi saya minta maaf kalau saya yang belum terbiasa dengan gaya pemerintahan," kata Thomas.
Thomas merupakan Chief Executive Officer merangkap Managing Partner di sebuah perusahaan ekuitas yang berkantor pusat di Singapura, yakni Quvat Management Pte Ltd. Karir Tom di bidang keuangan bermula saat dia bekerja di divisi ekuitas di Morgan Stanley, Singapura pada 1995-1996. Sejak saat itu, karir Tom melesat dan dia pernah menjadi bankir investasi di Deutsche Securities Indonesia pada 1999-2000.
Pada 2000-2002, Tom menjabat sebagai Kepala Divisi dan Deputi Senior Badan Penyehatan Perbankan Indonesia. Setelah itu, Tom bergabung dengan perusahaan investasi Farindo Investment pada 2002-2005. Kemudian, pada 2006 Tom mendirikan perusahaan investasi Quvat Capital.
Perusahaan yang dipimpinnya tersebut memiliki komitmen dana sebesar 500 juta dolar AS. Selain itu, Quvat memiliki sebelas perusahaan portfolio di berbagai sektor seperti logistik kelautan, konsumen, dan keuaangan.
Tak hanya itu, Tom juga merupakan pengusaha muda yang menorehkan prestasi mumpuni. Pada 2008, dia mendapatkaan gelar Young Global Leader oleh World Economic Forum. Tom juga tercatat menjadi Presiden Komisaris PT Graha Layar Prima Tbk sejak 2012.