REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Produksi ikan tawar di Kabupaten Bandung mengalami penyusutan di musim kemarau. Namun untungnya, penurunan produksi itu tidak meluas karena hanya terjadi di beberapa kecamatan.
Kepala Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Rozadelwina menuturkan, musim kemarau yang sudah melanda selama tiga bulan lebih ini membuat para peternak ikan tawar, seperti lele, nila, mas, menahan laju produksinya.
"Mereka menahan produksi karena memang pasokan air berkurang," ujar dia, Kamis (13/8).
Ia menjelaskan, para peternak ikan tawar yang menahan laju produksi, yakni ada di Kecamatan Rancaekek. Di kecamatan tersebut, mereka untuk sementara waktu tidak menanam bibit ikan. Sebab jika tetap dilakukan, maka akan menimbulkan kerugian bagi para peternak karena khawatir pasokan air berkurang.
"Mereka sebenarnya suka memahami siklus musim kemarau ini, karena itu mereka menahan (penanaman bibit)," ujar dia.
Menurut dia, musim kemarau saat ini akan berlangsung lama sehingga dibutuhkan manajemen penanaman bibit secara efektif. Penanaman bibit tidak bisa dilakukan serta-merta, terutama bagi para pelaku usaha yang menanam bibit di kolam-kolam yang menggunakan terpal.
Selain menahan pembibitan, ujar dia, sejumlah peternak ikan tawar juga tidak melakukan proses pemijahan. Karena, pasokan air juga tidak menentu.
"Ini juga berisiko memicu kerugian, takutnya tiba-tiba air jadi menyusut kan," tutur dia.
Namun, dalam kondisi demikian, hanya Kecamatan Rancaekek yang mengalami penyusutan produksi ikan tawar. Karena di kecamatan lain, seperti Ciparay, Majalaya dan Pacet, itu tidak terlalu berdampak mengingat pasokan air di sana cukup melimpah.
"Jadi para peternak ikan di sana usahanya masih jalan," tutur dia.
Kendati begitu, ia mengklaim pihaknya masih bisa memenuhi kebutuhan ikan di Kabupaten Bandung. Sebab, lanjut dia, pasokan ikan di kabupaten tersebut juga banyak diperoleh dari daerah-daerah lain.
"Kalau di kita kan pasokannya juga banyak yang dari daerah sekitar Kabupaten Bandung," ujar dia.