REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Rencana pedagang daging ayam untuk mogok akibat harga ayam yang melonjak masih belum jelas. Sulitnya koordinasi antar para pedagang daging ayam antar kota menjadi alasannya.
Pengelola grosir ayam PD Unggas Sakti di Bekasi menyebutkan bahwa tidak seperti pedagang daging sapi yang punya perhimpunan, pedagang daging ayam tidak memiliki organisasi. Perhimpunan tersebut hanya ada untuk satu kota saja, tidak se- Jabodetabek.
"Makanya sampai sekarang belum jelas mogoknya. Sementara ini kita masih dagang saja. Kalau kayak daging sapi kan ragam (bareng) tuh," tutur Hasyim, Selasa (18/8).
Menurut Hasyim, sejak ia bekerja sebagai pengelola grosir ayam pada tahun 1998, ini pertama kalinya harga ayam malah melonjak setelah lebaran. Biasanya harga ayam malah turun pasca lebaran. Alasan naiknya harga daging ayam ini, lanjut Hasyim, karena harga pakan ayam yang meningkat, harga DOC (bibit ayam) yang juga naik, serta para pekerja di peternakan yang minta gaji dinaikkan.
"Saya tanya ke peternak alasannya apa. Katanya karena harga pakannya sama DOC naik, terus juga pekerja minta kesejahteraan bertambah, terus harga kontrak tanah tempat mereka ternak juga naik. Semuanya jadi naik ya semenjak pemerintahan yang sekarang ini lah. Pakan ayam, jagung itu, kan yang ngatur bulog. Jadi ya semua naik karena pemerintah," jelasnya.
Hal itulah yang menyebabkan sulitnya para pembeli ayam ke peternakan ayam di Karawang dan Purwakarta sulit untuk mendapatkan pasokan ayam. Karena dari para peternak juga mengurangi jumlah ayam yang diternak. Bahkan karena hal itu, separuh peternakan ayam di Karawang, menurut Hasyim, sudah tutup dan tidak berproduksi.
"Saya kalau nggak beli di Karawang ya Purwakarta. Anak buah saya ngantri sampe seharian waktu di Purwakarta. Padahal kita udah pesen. Tapi pas sampai sana rebutan, ayamnya habis,"tuturnya.
Ia berharap pemerintah segera mengatasi masalah perekonomian sehingga harga-harga pun tidak melonjak dan tidak membuat para pekerja apapun menganggur.