REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping meminta seluruh elemen pemerintah belajar dari insiden ledakan di Tianjin, Rabu (12/8) pekan lalu.
Ledakan di Tianjin menjadi salah satu kecelakaan industri paling mematikan di Cina. Insiden ini menewaskan lebih dari 100 orang.
Berbagai bahan kimia di lokasi kejadin diduga menjadi faktor ledakan hebat, dan menyebabkan banyaknya korban tewas.
Saat ini, Dewan Negara Cina menggelar pemeriksaan menyangkut semua bisnis yang menggunakan bahan kimia berbahaya dan bahan peledak.
Kantor berita Xinhua melaporkan, menteri keamanan publik Cina menegaskan akan menghukum berat siapapun yang bertanggung jawab atas bencana Tianjin.
Sejumlah pengamat menuding kecelakaan disebabkan kelalaian dalam menjalan prosedur keamanan.
"Pertumbuhan Cina dalam industri kimia telah sangat cepat dalam 15 tahun terakhir atau lebih," kata direktur senior kimia IHS di Singapura Ashish Pujari seperti dikutip dari laman CNN, Selasa (18/8).
Dia menjelaskan, ada produsen yang dikenal memotong regulasi. Perusahaan itu membangun pabrik dan menjalankan produksi sebelum semua proyek telah mendapat izin.
Padahal, kata Pujari, jika Anda pergi ke AS tidak memungkinkan melakukan pembangunan kecuali semua peraturan lingkungan telah dipenuhi. "Dan Anda harus memiliki persetujuan untuk segalanya," katanya.
Pada April, sebuah ledakan di pabrik paraxylene (PX) di Zhangzhou menyebabkan kepanikan penduduk setempat yang khawatir pasokan air tercemar.