Selasa 18 Aug 2015 15:35 WIB

IHSG Jatuh ke Posisi Terburuk, Ini Imbauan OJK

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida (kanan) didampingi Direktur pasar modal syariah Fadilah Kartikasasi saat press conference pemerbitan daftar efek syariah (DES) periode I Tahun 2015 di Jakarta, Senin (25/5).
Foto: Republika/Prayogi
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida (kanan) didampingi Direktur pasar modal syariah Fadilah Kartikasasi saat press conference pemerbitan daftar efek syariah (DES) periode I Tahun 2015 di Jakarta, Senin (25/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun dalam beberapa pekan terakhir secara signifikan. Meski begitu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakinkan pasa modal masih bisa lebih tumbuh lagi, bahkan lebih baik dari awal 2014 lalu.

IHSG pada akhir pekan lalu, Jumat (14/8) tercatat berada di level 4578,68. Ini merupakan penurunan 12,27 persen dari awal tahun (ytd). Begitu pun berdasarkan nilai kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang kini senilai Rp 4.741triliun, juga menurun 5,8 persen sejak akhir tahun lalu.

"Meski memang dalam lima tahun pasar modal kita ada kecendrungan meningkat, kapitalisasi pasar ini nilainya 60 persen juga meningkat dalam lima tahun terakhir," jelas Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Nurhaida, Selasa (18/8).

Optimisme ini, menurutnya juga ditunjukkan dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari industri reksa dana. Tahun ini itu masih menunjukkan perkembangan positif, yaitu naik 9,01 persen dari awal tahun.

Adapun, kata Nurhaida, perekonomian Indonesia pada semester kedua diperkirakan akan kembali naik. Itu didukung rencana pembiayaan proyek infrastruktur yang nantinya akan kembali digenjot pemerintah untuk meningkatkan ekonomi nasional.

Sejauh ini, pasar modal Indonesia tercatat sebagai pasar modal berkinerja terburuk di dunia. Bahkan itu di antara negara-negara Asia Tenggara yang akhir-akhir ini sebagian besar bergerak ke zona merah.

Nurhaida mengakui, IHSG yang anjlok merupakan imbas dari penurunan bursa global.  Itu pun terpengaruh dari devaluasi Yuan yang belakangan ini dilakukan oleh Bank Sentral Cina (PBoC) sejauh 1, 9 persen pada tahap pertama dan berikutnya kembali turun 1,6 persen.

"Sebagian besar saham yang listing di pasar modal kita itu asing, hanya 36 persen yang lokal. Tak heran jika global bergejolak kita langsung terkena pengaruh," papar Nurhaida.

Ia pun kemudian mengimbau kepada pelaku industri lokal agar segera bergabung ke pasar modal domestik. Menurutnya, dengan makin banyaknya industri yang menerbitkan saham di BEI, investor juga akan semakin berminat untuk masuk ke pasar modal.

"Dengan makin banyaknya yang masuk ke pasar modal, likuiditas akan meningkat. Likuiditas yang baik diharap bisa membantu pertumbuhan ekonomi di negara kita," lanjut Nurhaida.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement