Rabu 19 Aug 2015 02:30 WIB

Pengacara: Pelimpahan Kasus OC Kaligis Ganjil

Tersangka kasus suap hakim PTUN Medan OC Kaligis memasuki gedung KPK untuk diperiksa di Jakarta, Rabu (15/7).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Tersangka kasus suap hakim PTUN Medan OC Kaligis memasuki gedung KPK untuk diperiksa di Jakarta, Rabu (15/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kuasa hukum Otto Cornelis Kaligis menilai pelimpahan berkas kasus ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan tindakan yang ganjil.

"Nah, yang kami pertanyakan kenapa yang dilimpahkan dulu berkasnya OCK? padahal yang ditangkap duluan kan Gari," tutur salah seorang kuasa hukum OCK, Jhonson Panjaitan di Jakarta, Selasa (18/8).

Menurut dia, seharusnya pelimpahan berkas kasus tersebut juga harus dilakukan sesuai dengan urutan penyelidikan, penyidikan, atau proses hukum yang semestinya. "Padahal berkas OCK, Gubernur Sumatera Utara dan istrinya, serta Gari adalah sama. Tapi kenapa OCK terlebih dulu yang dilimpahkan?," tukas Jhonson saat ditemui di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Dia berpendapat, tindakan tersebut dinilai sebagai model "permainan" baru yang dilakukan KPK ketika menjerat seseorang yang terlibat kasus korupsi. Yagari Bhastara Guntur (Gari) merupakan tersangka kasus penyuapan terhadap hakim dan panitera di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan, Sumatera Utara yang ditangkap KPK melalui Operasi Tangkap Tangan (OTT).

Gari juga merupakan salah seorang advokat yang bekerja di kantor pengacara milik OC Kaligis, sehingga diduga keduanya memiliki keterkaitan dalam kasus yang turut menjerat Gubernur Sumatera Utara tersebut.

Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa apa yang telah dilakukan KPK juga sudah menyalahi dan tidak sesuai dengan cita-cita awal pembentukan lembaga antikorupsi tersebut. Dia pun menegaskan, bahwa pihaknya akan terus berjuang. Bukan hanya untuk mencari kebenaran, namun juga sebagai jalan perjuangan untuk memperbaiki KPK, tukasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement