REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Senat Australia memulai penyelidikan mengenai proses pemberian sertifikasi halal, sertifikasi kosher, sertifikasi label organik serta label produk makanan modifikasi genetika, Jumat (21/8).
Penyelidikan Senat yang diinisiasi Senator Cory Bernardi dari Partai Liberal dikenal pula sebagai penyelidikan halal dan mendapat tanggapan berbagai pihak. Namun, menurut Dewan Makanan dan Bahan Makanan Australia (AFGC) yang hadir di Senat, pemeriksaan ini bukan jaminan tapi setidaknya bisa menghapus berbagai mitos seputar daging halal.
Senator Bernardi termasuk salah satu politisi Australia yang selama ini seringkali mengecam proses sertifikasi halal. Namun, ia tidak pernah diketahui mengecam proses serupa untuk sertifikasi kosher atau sertifikasi produk organik.
Ia bahkan menyebut sertifikasi halal di kalangan sebagian industri makanan di Australia sebagai pajak agama dan bersikeras mengetahui berapa biaya yang dibebankan ke konsumen untuk setiap sertifikat. Senator Bernardi menyebutkan sebagian orang tidak suka dengan proses penyembelihan hewan menurut aturan agama.
Lebih jauh lagi, Senator asal Australia Selatan ini mencari tahu siapa yang mengumpulkan dana sertifikasi halal dan bahkan ia pernah menuduh dana tersebut terkait dengan kelompok ekstremis di luar negeri.
Namun, semua kecaman Senator Bernardi itu dibantah keras justru oleh CEO AFGC Gary Dawson yang menyatakan semua tuduhan terkait sertifikasi halal itu didasarkan pada kesalahan informasi.
Saat ditanya apakah Senat Australia perlu menggelar penyelidikan ini, Dawson dengan tegas menyatakan, "Jawaban singkat adalah tidak!".
Namun, karena Senat kini telah memulai penyelidikan mereka, AFGC yang merupakan organisasi produsen makanan di Australia, justru berharap liputan media akan membuka masalah ini dan menyebarkan pesan positif.
"Ada perdebatan mengenai sertifikasi halal, biasanya muncul sesekali di media, makanya kami berharap langkah Senat ini bisa menghapuskan segala kesalahpahaman selama ini. Kami telah menyerahkan data lengkap ke Senat terkait masalah ini," papar Dawson.
AFGC menyatakan dengan sertifikasi halal justru memberikan nilai tambah bagi perekonomian Australia.
"Ekspor produk makanan Australia ke negara-negara Muslim saat ini bernilai 13 miliar dolar (Rp 130 triliun) per tahun. Ekspor ini mewakili lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, dan biasanya berbasis di pedalaman Australia," jelas Dawson.
Departemen Pertanian yang juga hadir dalam dengar pendapat menjelaskan secara global nilai produk makanan halal di 2013 mencapai 1,1 triliun dolar dan diperkirakan meningkat menjadi 1,6 triliun dolar pada 2018.
Dawson juga membantah konsumen Australia dinomorduakan karena orientasi ekspor kalangan industri daging. Senator Bernardi sebelumnya pernah menyebutkan konsumen Australia tidak mendapat pilihan untuk menolak produk daging halal.
"Meskipun daging domba, kambing atau ayam sebenarnya dipotong secara halal di negara ini, namun kebanyakan tidak diberi label halal," tulis Senator Bernardi dalam postingan di blognya.
Menanggapi hal itu, Dawson mengatakan pencantuman label itu tidak perlu diwajibkan.
"Sama dengan sertifikasi lainnya, tidak ada kewajiban pencantuman label karena sifatnya sukarela," katanya.
Namun menurut Dawson tudingan itu sama sekali tidak benar. "Anda tidak bisa menyamakan biaya itu dengan pajak," tegasnya.
ABC mencoba menghubungi 9 pemrosesan daging yang menerapkan cara pemotongan halal, namun kesemuanya tidak bersedia diwawancara dengan alasan takut dijadikan sasaran oleh pihak tertentu.
Namun salah satu di antaranya menyatakan hampir setiap pekan mereka menerima surat bernada kebencian. Beberapa waktu lalu ada pihak yang meluncurkan kampanye bertajuk Boycott Halal in Australia, dan telah mendapat lebih dari 81 ribu follower di media sosial.
Menurut Gary Dawson, kampanye tersebut telah merugikan kalangan industri daging.
"Anggota kami telah menjadi korban kampanye negatif yang tidak berdasar terutama di media sosial," ucapnya.
Senator Bernardi sebelumnya menekankan alasan dia mendorong penyelidikan Senat adalah karena konsumen ingin membuat pilihan mengenai apa yang mereka akan makan.
Namun saat ABC menemui warga Australia secara acak di pedalaman Victoria, dari 15 orang hanya lima yang mengaku tahu apa itu daging halal.
"Saya pernah mendengarnya tapi tidak pernah memperhatikan," ujar Matthew dari Dimboola.
"Apa itu?" tanya Angie dari Horsham saat ditanya mengenai daging halal.
Sementara Ray McIntyre yang tidak tahu apakah itu makanan halal, setelah diberi tahu mengaku tidak akan mengubah caranya berbelanja makanan.
"Biar pun terkait agama, saya akan tetap memakannya," ujar dia.
Hal senada disampaikan Marian dari Queensland. "Saya baca berita biaya sertifikasi halal itu digunakan untuk membiayai terorisme. Namun tidak ada kejelasan apakah itu benar atau tidak. Tapi kalau saya suka produknya saya akan tetap beli," ujarnya.
Trevor dan Jerry dari Wimmera mengatakan isu kesejahteraan hewan jauh lebih penting bagi mereka daripada sertifikasi produk.