Selasa 25 Aug 2015 13:43 WIB
capim kpk

Jimly: Korupsi Dimulai dari Perencanaan APBN

Jimly Asshiddiqie
Foto: Nunu/Republika
Jimly Asshiddiqie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Penasihat Komnas HAM Jimly Asshiddiqie memandang perlunya perhatian yang besar terhadap proses perencanaan APBN untuk mencegah kebocoran keuangan negara akibat tindak korupsi.

Jimly Asshiddiqie  menjalani seleksi wawancara tahap akhir di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa  (25/8). Jimly mengingatkan selama perhatian aparat penegak hukum dan pemerintah lebih pada pada mutu pembelanjaan anggaran negara, dan belum pernah membicarakan mengenai mutu perencanaannya.

Planning itu bisa direkayasa, kalau sudah menjadi undang-undang APBN seolah-olah halal. Padahal dibalik itu, ada yang tidak benar. Jadi the quality of spending ok kita lanjutkan, tapi harus dimulai dari the quality of planning,” kata Jimly dikutip dari laman setkab.go.id.

Mengutip Prof. Sumitro Djojohadikusumo, Jimly menyebut Bappenas merupakan sumber kebocoran 30 persen keuangan negara.

“Jadi kita harus memberi perhatian serius kepada planning. Sebab planning itu bisa menjadi pintu masuk mulainya niat jahat. Karena planning itu hanya dilakukan awal dan tengah tahun, semua pejabat sibuk sekali mengurus perencanaan, nggak sempat diralat. Jangan-jangan lebih banyak kejahatan terjadi di planning dibanding dispending,” kata Jimly.

Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel KPK) sejak Senin (24/8)   menggelar seleksi wawancara tahap akhir di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta.

Pansel KPK masih akan mewawancara  lima calon pimpinan pada hari Rabu (26/8), yakni Saut Situmorang,Sri Harijati, Sujanarko,  Surya Tjandra, dan mantan Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende.

Pansel kemudian akan mengumumkan  kandidat yang lolos seluruh tahap dan menyerahkan kepada Presiden pada 31 Agustus 2015.  Sesuai ketentuan, para calon tersebut akan menjalani uji kepatutan dan kelayakan oleh DPR.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement