Kamis 03 Sep 2015 15:11 WIB
PAN Gabung Pemerintah

Zulkifli Hasan: KMP-KIH Sudah tak Perlu Dibicarakan Lagi

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Angga Indrawan
Zulkifli Hasan
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Zulkifli Hasan

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan kembali menegaskan sikapnya kenapa memilih bergabung dengan pemerintah. Menurutnya, saat ini partai politik sudah tidak perlu lagi membicarakan masalah koalisi KMP (Koalisi Merah Putih) dan KIH (Koalisi Indonesia Hebat).

"Saya sudah berkali-kali mengatakan, berdebat soal KIH-KMP itu sudah tidak tepat lagi pada masa sekarang. Partai politik harus berada di tengah-tengah rakyat. Apalagi rakyat kita sekarang ada kesulitan, harga-harga lebih tinggi dan pengangguran meningkat," jelasnya usai memberikan kuliah umum di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kamis (3/9).

Dalam kondisi seperti ini, Zulkifli yang juga menjabat sebagai Ketua MPR tersebut, menyatakan PAN justru telah mengambil jalan tengah. "Jalan tengah yang kita ambil adalah bergabung dengan pemerintah, untuk membantu mensukseskan  pemerintah mengatasi kesulitan yang terjadi saat ini. Kita tidak lagi memperbincangkan soal KIH/KMP, karena itu sudah tidak tepat lagi," katanya.

Menurutnya, dalam sikap politiknya, PAN selalu berpegang pada politik kebangsaan. "Saat ini, ada panggilan lebih besar yaitu panggilan bangsa dan NKRI. Terutama untuk mengatasi kesulitan. Itu yang kita dahulukan, dengan dengan mengurangi kepentingan-kepentingan yang lebih sempit," jelasnya.

Bagaimana bila KMP kecewa dengan sikap PAN? Zulkifli menyatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan menjelaskan latar belakang sikap yang diambil partainya. "Insya Allah tidak akan kecewa. Nanti akan kita jelaskan," katanya.

Soal apakah PAN tidak akan lagi bersikap kritis terhadap pemerintah, dia menyatakan, PAN akan tetap bersikap kritis. Menurutnya, sikap kritis justru harus dilaksanakan semua pihak. Hanya tentunya, dilakukan dengan santun dan memperhatikan etika.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement