REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah meminta seluruh pihak untuk tidak saling menyalahkan atas musibah rubuhnya crane di area Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Muhammadiyah menyikapi musibah tersebut akibat peristiwa alam dan tidak selayaknya menjadi ajang salah menyalahkan.
"Musibah di Masjidil Haram adalah takdir Allah. Tidak perlu saling menuding dan saling menyalahkan. Tidak seharusnya musibah di Masjidil Haram dipolitisasi dan dikaitkan dengan hal-hal yang tidak rasional," ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah melalui perpesanan dalam jaringan (daring) kepada Republika.co.id, Sabtu (12/9).
Mu'ti menyampaikan, Muhammadiyah menyesalkan pernyataan sebagian pihak yang mengkaitkan musibah dengan kedatangan Presiden Joko Widodo di tanah suci. Ia mengaku, badai pasir dan angin puting beliung adalah peristiwa alam yang biasa terjadi di Arab Saudi sehingga sangat tidak bijak saling menyalahkan.
Muhammadiyah juga menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas musibah yang terjadi di Masjidil Haram. "Mereka yang gugur ketika sedang beribadah adalah syahid yang diampuni semua dosanya dan mendapatkan tempat mulia di sisi Allah. Mereka yang terluka semoga diberikan kesadaran dan kesembuhan," ujar Mu'ti.
Muhammadiyah berharap agar Pemerintah Arab Saudi dan Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan baik agar jamaah haji yang terluka mendapatkan perawatan medis terbaik. Pemerintah harus tetap melayani dan memastikan jamaah tetap dapat melaksanakan ibadah haji dengan sempurna.
Sementara kepada bangsa Indonesia, khususnya umat Islam yang sanak keluarganya sedang menunaikan ibadah haji, Muhammadiyah mengajak agar senantiasa mendoakan semoga senantiasa sehat, aman, dan menjadi haji yang mabrur. "Semoga dapat kembali ke tanah air sebagai manusia utama yang memajukan umat dan bangsa."