REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Komaruddin Hidayat
Ada cerita menarik yang mungkin jarang jamaah haji mengetahuinya. Di sebelah barat Kakbah ada sebuah tembok rendah yang berbentuk setengah lingkaran dan menghadap ke Kakbah. Bangunan ini disebut Hijir Ismail. Hijir bisa diartikan pangkuan dan disini pula Hajar membesarkan Ismail, dan Hajar ibunda Ismail itu dikuburkan.
Hajar adalah perempuan Ethopia yang miskin. Ia budak sahaya dari Sarah, istri Ibrahim. Hajar dinikahi Ibrahim untuk memperoleh anak. Lahirlah Ismail. Kecemburuan membuat Sarah meminta Ibrahim untuk ‘mengusirnya’.
Kemudian Ibrahim membawa Hajar dan Ismail yang ketika itu masih bayi ke padang pasir yang luas dan tandus, hingga tumbuh dewasa. Dan Allah SWT mengistimewakan tempat ini menyatu dengan Ka’bah, dan setiap melakukan thawaf juga mengelilingi Hijir Ismail dan tidak hanya mengelilingi Kakbah saja. Jika tidak demikian, ibadah haji yang dilakukan tidak diterima Allah SWT.
Subhanallah, kuburan seorang sahaya perempuan hitam Afrika merupakan bagian dari Kakbah, dan hingga kiamat nanti manusia-manusia senantiasa akan berthawaf mengelilinginya. Di sini Allah SWT menunjukkan bahwa meskipun dari pandangan orang lain seseorang itu hina, lemah dan terusir namun karena kehendak-Nya justru Allah SWT memuliakannya dan memberikan tempat di sisi-Nya. Dan semua tidak terlepas dari usaha orang tersebut untuk selalu mendekat kepada Allah SWT.
Nah, di mana tempat kita nantinya seandainya kita masih berbangga diri dengan keberadaan yang kita miliki tanpa memikirkan akhir dari tujuan manusia diciptakan? Sedangkan Allah SWT tidak melihat kita dari kekayaan, kepintaran, kegagahan namun dari amal perbuatan dan ketakwaan.