REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kabut asap tak hanya menyelimuti wilayah Sumatra. Kalimantan pun tak luput dari serbuan asap akibat kebakaran hutan.
Di antara wilayah Kalimantan yang cukup serius terselimuti kabut asap adalah Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. "Sudah sebulan lebih wilayah Pontianak dikepung kabut asap. Sampai sekarang belum ada tanda-tanda berkurang," kata Eddy Nugroho, karyawan di PT Perkebunan XII, yang berlokasi di Pontianak, Selasa (15/9).
Kepungan kabut asap itu, tutur Eddy, amat mengganggu aktivitas warga di sana. Jarak pandang pengemudi kendaraan juga sangat terbatas.
Para pengemudi juga tak bisa terlalu lama menjalankan kendaraannya. Serbuan kabut asap membuat para pengemudi tak kuasa bertahan meski telah memakai masker. Rasa pedih di mata menyebabkan mereka harus lebih banyak istirahat. Distribusi barang juga ikut terganggu.
Eddy menjelaskan, banyak sekolah yang terpaksa meliburkan siswanya. Ini lantaran pekatnya kabut asap yang menerjang di sekitar sekolah-sekolah tersebut. Menurut dia, kebijakan ini bersifat sektoral. Artinya, libur-tidaknya sekolah itu tergantung pada tinggi-tidaknya asap yang menyelimuti di sekitarnya.
Saat ditanya soal langkah pemerintah setempat, dia menjelaskan, belum ada kebijakan yang berarti. "Kalau cuma imbauan saja, ya saya kira tidak cukup," paparnya.
Dia juga belum mendengar adanya pembagian masker gratis atau hal lain yang bisa membantu kesulitan masyarakat akibat serangan kabut asap. Eddy mengkhawatirkan kondisi kesehatan warga dalam jangka panjang, lantaran selalu terkena serbuan kabut asap dalam setiap tahunnya.
Warga Pontianak lainnya, Angga Sihotang, berharap agar pemerintah segera mengambil kebijakan yang tepat. "Menjaga keselamatan warga merupakan hal yang utama untuk saat ini," jelasnya.
Dalam jangka panjang, sambungnya, pemerintah harus bisa mencari solusi untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan. Dia menyarankan supaya pemerintah bersikap tegas terhadap industri yang sengaja melakkukan pembakaran untuk membuang sisa sampah di hutan.