Kamis 17 Sep 2015 16:31 WIB

BPS: Ada PHK, Angka Kemiskinan Berpotensi Meningkat

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Buruh melakukan aksi di bundaran Patung Kuda, Silang Monas, Jakarta Pusat, Selasa (1/9).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Buruh melakukan aksi di bundaran Patung Kuda, Silang Monas, Jakarta Pusat, Selasa (1/9). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pelaksana Tugas Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan jumlah penduduk miskin di Indonesia berpotensi bertambah. Ini lantaran banyak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat perlambatan ekonomi.

"Kalau ada PHK, pasti ada peluang seseorang menjadi miskin. Angka kemiskinan kemungkinan bisa bertambah," kata Kecuk kepada Republika, Kamis (17/9).

BPS mengumumkan jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga Maret 2015 mencapai 28,59 juta jiwa. Jumlah penduduk miskin bertambah 860 ribu jiwa selama enam bulan dalam periode September 2014-Maret 2015. Angka kemiskinan akan kembali diumumkan pada Januari 2016 untuk periode survei Maret 2015-September 2015.

Kecuk berharap paket kebijakan yang telah diluncurkan dan sedang disiapkan pemerintah dapat diimplementasikan dengan baik sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Kalau ekonomi terus tumbuh, maka pendapatan masyarakat pun akan meningkat.

Asalkan, kata Kecuk, pemerintah dapat mengarahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi pertumbuhan ekonomi yang inklusif. "Masyarakat bawah harus terlibat dalam pembangunan ekonomi. Itu penting," ujar Kecuk.

Terkait bertambahnya angka kemiskinan, Kecuk tak menampik ada kemungkinan program-program pemerintah mengatasi kemiskinan seperti kartu keluarga sejahtera belum dinikmati masyarakat pada periode survei. 

Ini lantaran program-program pemerintahan Presiden Joko Widodo baru bisa berjalan maksimal setelah pengesahan APBNP 2015 pada Februari 2015. Padahal dalam periode survei, terjadi kenaikan harga BBM yang menyebabkan harga pangan mengalami inflasi cukup tinggi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement