REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengacara senior Adnan Buyung Nasution meninggal dunia pada Selasa (23/9) pagi, pukul 10.15 WIB. Pria yang akrab disapa Bang Buyung itu juga dikenal sebagai seorang aktivis pro demokrasi.
Hal itu diungkapkan politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi. Ia menuturkan pertama kali bertemu dengan Adnan pada tahun 1990. Saat itu Adnan menghadiri pertemuan aktivis mahasiswa se-Bali.
Dalam pertemuan itu, Adnan mengobarkan gerakan reformasi. Ia juga memberikan pemahaman bahwa Indonesia adalah negara hukum bukan negara kekuasaan.
"Semangat itu dibawa sampai lahirnya reformasi 1998," kata anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) kepada Republika.co.id, Rabu (23/9).
Menurutnya, sampai di ujung usianya, Adnan adalah sosok pejuang demokrasi sejati. Adnan, sambung Viva, merupakan figur yang patut diteladani, dari sisi intelektualitasnya, kapasitasnya, kesederhanaannya, dan komitmen perjuangannya.
"Saya pernah dapat cerita dari pak Dahlan Ranuwihardjo (pendiri HMI), pada saat menjadi anggota DPR GR, Pak Dahlan, Bang Buyung, dan Pak Ismail Sunni adalah anggota parlemen yang dibenci pemerintah Orde Baru karena vokal dan kritis, bagaimana tata cara, mekanisme dan prosedur pemerintahan demokrasi yang benar," jelasnya.
Akibatnya mereka bertiga di PAW atau dikeluarkan dari anggota DPR GR. Sampai akhir hayatanya Adnan masih terus mempertahankan konsistensinya dalam perjuangan untuk tegaknya negara hukum dan demokrasi.