REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jam'iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) semakin memperkuat eksistensinya sebagai salah satu organisasi Islam di Indonesia. Organisasi yang didirikan pada 1 Desember 1979 ini memiliki tujuan khusus, yakni melestarikan budaya Batak dengan menjadikan Islam sebagai dasarnya.
Wakil Ketua Umum JBMI, Marhaban Sigalingging mengatakan, JBMI juga mendukung berkembangnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Hal tersebut diperlukan guna mendukung terciptanya demokrasi yang selaras dengan nilai-nilai pancasila.
“JBMI turut meningkatkan sumber daya manusia untuk berperan serta mendukung proses demokratisasi dengan penegakan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” seperti tertulis dalam laman resmi JBMI di jbmi.or.id.
Untuk menciptakan pelestarian budaya Batak dengan dasar Islam, dalam sosialisasi dan konsolidasinya, JBMI membuat beberapa program unggulan untuk masa kerja 2015-2017. Salah satunya program pengembangan organisasi dan sosialisasi organisasi ke tokoh-tokoh Batak muslim.
Dengan adanya program pengembangan dan sosialisasi, organisasi yang dipimpin oleh Amarullah Nasution ini diharapkan mampu mewujudkan beberapa program unggulan lain dalam bidang pendidikan, sosial budaya, hingga wirausaha.
Dalam bidang pendidikan, JBMI menekankan pengkajian mengenai SDM serta melakukan kegiatan Pemahaman Islam. JBMI juga memberdayakan generasi muda Islam dengan membentuk Jaringan Pemuda JBMI yang disosialisasikan melalui media sosial.
Dalam bidang sosial budaya, JBMI membuat kegiatan-kegiatan dakwah, malam kesenian, dan kebudayaan Batak Muslim, yang mempertunjukkan marawis, rebana, hadro, ratiban, dan gondang Batak.
Sedangkan, dalam bidang wirausaha, JBMI membuka bidang usaha penjualan souvenir JBMI seperti jaket, kaos, topi, bendera, dan pataka. Selain itu, ada juga penerbitan buku yang berkaitan dengan wanita Batak muslim sesuai dengan adat dan budaya yang ada dalam Puak Batak (Anak & Wanita).