REPUBLIKA.CO.ID, LUHANSK -- Kepala misi kemanusiaan PBB di Ukraina menyatakan waspada setelah pemberontak di Luhansk, Ukraina Timur, memerintahkan badan-badan PBB untuk pergi. Stephen O'Brien mengatakan, badan-badan PBB diberitahukan meninggalkan wilayah tersebut, Jumat (25/9).
Seperti dilansir laman BBC News, tak hanya badan PBB O'Brien mengatakan beberapa organisasi non-pemerintah internasional juga diperintahkan pergi pada Sabtu (26/9). Separatis di Luhansk juga telah melarang 10 lembaga kemanusiaan internasional di sana karena dianggap melakukan pelanggaran.
"Otoritas 'de facto' di Luhansk telah memerintahkan badan-badan PBB dan LSM meninggalkan daerah itu," ungkap O'Brien dalam sebuah pernyataan.
Ia juga mengatakan semua operasi badan PBB telah ditangguhkan di wilayah yang dikuasai pemberontak di Donetsk. Seperti diketahui separatis pro-Rusia telah merebut Luhansk dan Donetsk tahun lalu.
O'Brien mendesak separatis di Luhansk dan Donetsk memastikan segera dimulainya kembali kegiatan PBB dan LSM internasional. Ia memperingatkan pembatasan pengiriman kemanusiaan dapat mencegah sekitar 16 ribu ton pasokan vital.
"Rumah sakit tidak dapat melakukan operasi karena mereka kurang anestesi. Sekitar 150.000 orang tidak menerima distribusi makanan bulanan," kata O'Brien.
Pada Kamis (24/9), separatis memang telah melarang 10 hingga 11 LSM asing karena dianggap melanggar. Mereka menuduh salah satu LSM, yakni Dokter Lintas Batas, secara ilegal menyimpan psikotropika. LSM tersebut menyangkal tuduhan itu.
Selama ini Ukraina dan negara Barat menuduh Rusia mempersenjatai separatis dan mengirim pasukan ke Ukraina Timur. Moskow menyangkal tapi tak membantah bahwa ada 'relawan'nya yang berjuang bersama pemberontak.