Senin 03 Nov 2014 18:51 WIB

Warga di Timur Ukraina Berharap Pemilu Mengakhiri Perang

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Konvoi bantuan kemanusiaan Rusia tertahan di luar kotaKamensk-Shakhtinsky, Rostov, sekitar 30 km dekat perbatasan Rusia-Ukraina, Senin (18/8).
Foto: EPA/Yuri Kochetkov
Konvoi bantuan kemanusiaan Rusia tertahan di luar kotaKamensk-Shakhtinsky, Rostov, sekitar 30 km dekat perbatasan Rusia-Ukraina, Senin (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV --  Warga di daerah yang dikuasai pemberontak mendukung digelarnya pemilihan pemimpin di wilayah tersebut. Mereka mengatakan, membenci pemerintah di Kiev dan menginginkan perang berakhir.

Pernyataan warga di kota yang dikuasai pemberontak datang di tengah upaya Dinas Keamanan Ukraina yang berencana membuka penyelidikan kriminal terkait pemilihan yang dilakukan separatis.

Tatyana (65 tahun) mengaku berharap pemilihan bisa mengubah segala sesuatu.  "Mungkin kita akhirnya akan diakui sebagai sesuatu yang nyata, negara yang merdeka," kata wanita yang tengah menunggu giliran di tempat pemungutan suara.

Valery (50 tahun) warga lain mengatakan, ia berharap dapat hidup seperti biasa. Ia juga mengharapkan pemilihan dapat membantu pihak berwenang membela kepentingan warga menghadapiKiev.

"Ini mengerikan buat keluarga Anda melihat setiap pemboman," katanya seperti dilansi Channel News Asia.

Namun meski didukung warga lokal, pemilihan umum di Donetsk dan Luhansk mendapat kecaman dan boikot oleh pengamat internasional. Hanya segelintir politisi sayap kanan Eropa yang mengklaim datang sebagai pemantau pemilu.

"Dalam kondisi yang sulit seperti saat ini, hal itu (pemilu) dilakukan dengan transparan, demokratis dan mencerminkan kehendak rakyat," kata anggota parlemen sayap kanan Prancis Jean Luc-Schaffhauser.

Selain meningkatkan ketegangan di lapangan, pemilu juga menjadi masalah baru yang meningkatkan ketegangan Rusia dan Barat. Krisis Ukraina telah berubah menjadi sengketa diplomatik besar antara Kremlin dan Barat. Uni Eropa dan Amerika Serikat bahkan memberikan sanksi berat pada Moskow.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement