Kamis 01 Oct 2015 16:30 WIB

Deflasi Belum Tentu Turunkan Angka Kemiskinan

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Teguh Firmansyah
Pemulung cilik berjalan saat mencari sisa sampah di daerah Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (16/5). Bank Dunia melaporkan sekitar 870 juta orang hidup sangat miskin di negara dunia dan jaminan sosial adalah salah satu upaya efektif mengakhiri kemiskinan p
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Pemulung cilik berjalan saat mencari sisa sampah di daerah Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (16/5). Bank Dunia melaporkan sekitar 870 juta orang hidup sangat miskin di negara dunia dan jaminan sosial adalah salah satu upaya efektif mengakhiri kemiskinan p

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, deflasi 0,05 persen yang terjadi pada September 2015 belum tentu menurunkan angka kemiskinan. Masih ada faktor lain yang patut diperhitungkan, yakni tingkat pendapatan masyarakat.

Suryamin menjelaskan, angka kemiskinan dibentuk oleh dua hal. Yakni garis kemiskinan makanan dan nonmakanan. Deflasi yang terjadi pada September bisa saja menurunkan garis kemiskinan mengingat harga bahan makanan mengalami penurunan 1,07 persen. "Deflasi pasti ada pengaruhnya terhadap garis kemiskinan," kata Suryamin di kantornya, Kamis (1/10).

Meski garis kemiskinan makanan berpotensi menurun akibat deflasi, angka kemiskinan belum tentu menurun apabila tingkat pendapatan masyarakat menurun. Apalagi, belakangan ini terjadi banyak aksi pemutusan hubungan kerja.

Suryamin berharap pemerintah dapat menjalankan dengan baik program-program bantuan sosial. Selain itu juga terus menggenjot pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrasruktur diyakini bisa meningkatkan pendapatan masyarakat karena banyak orang yang terlibat di dalamnya.

"Dari dua faktor itu (harga makanan dan tingkat pendapatan masyarakat), tinggal kita lihat yang mana yang lebih kuat dalam menentukan tingkat kemiskinan September (Maret-September 2015)," ujar Suryamin.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement