REPUBLIKA.CO.ID, KUNDUZ -- Doktor Tanpa Batas atau Medecins Sans Frontieres mengatakan, Ahad (4/10) korban tewas akibat serangan bom di rumah sakit di Kunduz telah meningkat menjadi 22 orang.
"Sebanyak 12 orang adalah staf kami, dan 10 lainnya pasien, termasuk tiga anak-anak," ujar Direktur Jenderal MSF Christoper Stokes, kemarin.
Pada akhir pekan lalu, MSF mengatakan, sedikitnya 12 orang staf mereka dan tujuh pasien tewas dalam serangan udara yang ditengarai dilakukan oleh pesawat AS.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Zeid Ra'Ad Al Hussein mengatakan, jika serangan itu disengaja, maka hal ini dapat digolongkan ke dalam kejahatan perang.
Presiden AS Barack Obama telah menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban. Pentagon, kata dia, akan melakukan investigasi penuh atas insiden mematikan itu.
MSF meminta investigasi dilakukan secara terbuka dan independen oleh badan internasional. Stokes menilai investigasi secara internal tidak akan berguna.
Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan, akhir pekan lalu, militan Taliban telah memasuki rumah sakit dan terlibat kontak senjata dengan pasukan Afghan.
Namun MSF menolak klaim itu. Tidak ada satupun staf mereka yang mendengar kontak senjata saat insiden berlangsung. Kunduz merupakan wilayah konflik yang diperebutkan antara Taliban dan Pemerintah Afhanistan.