Kamis 08 Oct 2015 16:10 WIB

Hujan di Bogor, Kali Bekasi Tercemar

Rep: C37/ Red: Ilham
Pencemaran Sungai (ilustrasi)
Foto: Koran Nusantara
Pencemaran Sungai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- PDAM Tirta Patriot Bekasi mengungkapkan, pencemaran yang terjadi di Kali Bekasi dan membuat pengolahan dan distribusi air terhambat terjadi akibat aliran limbah yang berasal dari hulu sungai di Bogor. Direktur Umum PDAM Tirta Patriot Hendi Irawan mengungkapkan, pencemaran yang terjadi pukul 09.00 WIB tadi telah menghentikan produksi dan distribusi air.

“Kita terganggu ya, pengolahan terganggu, dan distribusi airnya juga terganggu. Kita sempat nggak produksi jadi air pun berkurang. Udah kita laporkan ke BPLH,” ungkap Hendi saat ditemui di PDAM Tirta Patriot, Kamis (8/10).

Menurut Direktur Teknik PDAM Tirta Patriot, Cecep Ahmadi, penyebab adanya pencemaran karena hujan di Bogor yang mengeluarkan endapan-endapan limbah dan mengalirkannya hingga ke Kali Bekasi. Padahal, di daerah hulu di Bogor banyak pabrik-pabrik yang tidak memiliki IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah).

“Saya lebih senang hujan di Bogor setiap hari. Sekalinya hujan pengendapan yang ada di dalam itu turbulensi. Udah gitu di hulu itu banyak pabrik. Kalau yang pabriknya tingkat ekonominya bagus, dia punya IPAL, tapi kalau home industry nggak punya IPAL,” tutur Cecep.

Sehingga air yang mengalir hingga Bekasi tersebut, kata Cecep, tercemar oleh limbah logam seperti Mangan, Besi, dan Tembaga yang kalau dikonsumsi bisa berbahaya bagi kesehatan. Menurut Cecep, pencemaran ini tidak hanya dirasakan di Kota Bekasi, tetapi juga di DKI Jakarta.

Ketika melihat adanya limbah dari hulu di Bogor, ia segera mengontak PJT II Jatiluhur untuk membuka dua pintu. Karena pasokan air dari Bekasi juga berasal dari Jatiluhur. Cecep meminta mereka untuk membuka dua pintu air, agar lebih banyak air yang dapat mengencerkan pencemaran di Kali Bekasi.

“Tapi cuma dibuka satu pintu, jadi kita dapatnya cuma 5 kubik. Saya maunya sih 10 kubik. Kalau dibuka dua pintu kan istilahnya pengencerannya lebih banyak. Sehingga kualitas yang masuk ke sini limbahnya agak sedikit encer gitu,” imbuh Cecep.

Alasan yang dikemukakan pihak PJT II, kata Cecep, karena jika dibuka dua pintu, maka aliran air yang tercemar juga akan mengalir ke DKI Jakarta. Karena selain membutuhkan 14 kubik air dari Jatilhur, DKI Jakarta juga membutuhkan sebanyak 4 kubik dari Kali Bekasi.

Akibat pencemaran ini pun, lanjut Cecep, produksi sempat terhenti selama tiga jam sehingga PDAM mengalami kerugian sekitar Rp 20 juta dalam waktu tersebut. Padahal ada sebanyak 47 ribu sambungan langsung pelanggan yang membutuhkan pasokan.

“Kita nggak berani ngolah, karena itu kan banyak kandungan kimia. Kita nggak mau ambil resiko. Kalau dikonsumsi oleh manusia bahaya. Kita sudah coba ngolah lagi tapi ngolah lagi ini tidak bisa maksimal, sambil menunggu itu,” kata Cecep.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement