Senin 12 Oct 2015 20:16 WIB

Wisman Gelar Doa Bersama Peringati Bom Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Citra Listya Rini
 Wisatawan mancanegara membaca nama-nama korban bom pada Monumen Bom Bali, di Legian, Kuta, Bali, Kamis (8/10).
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Wisatawan mancanegara membaca nama-nama korban bom pada Monumen Bom Bali, di Legian, Kuta, Bali, Kamis (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Puluhan wisatawan mancanegara (wisman), khususnya dari Australia menggelar doa bersama dan kegiatan tabur bunga di depan Monumen Tragedi Kemanusiaan (Ground Zero), Legian, Kuta. Ini guna memperingati 13 tahun peristiwa bom Bali yang menewaskan lebih dari 200 nyawa dari dalam dan luar negeri.

"Sebagai seorang Australia, saya ingin mengirimkan doa untuk seluruh korban peristiwa menyedihkan ini," kata Mike R, kepada Republika.co.id di Kuta, Senin (12/10) malam.

Demi mengamankan peristiwa penting ini, tim gegana dan reaksi cepat dari Kepolisian Resor Kota Denpasar mengerahkan pasukan untuk menyisir lokasi. Ratusan personel dikerahkan untuk mengamankan Monumen Ground Zero dan wilayah sekitarnya.

Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika tak ketinggalan menyapa dan berkumpul bersama keluarga korban bom bali yang ikut hadir dimalam peringatan tragedi kemanusiaan ini.

Menurutnya, peristiwa ini memberikan makna semangat untuk korban dan keluarga yang ditinggalkan supaya tegar dan sabar menjalani kehidupan. "Kita juga perlu waspada jika bahaya yang sama muncul kembali," ujarnya.

Pemerintah Provinsi Bali, kata Pastika selalu memprioritaskan keamanan berstandar internasional dengan melibatkan pihak polisi dan militer. Mantan Kapolda Bali ini mengimbau segenap masyarakat untuk menumbuhkan empati antarbangsa demi terwujudkan keserasian dan keselarasan hubungan antarbangsa dan antarnegara.

Pastika menekankan bahwa masyarakat Kuta khususnya tak akan bisa melupakan tragedi yang memukul pariwisata Bali ini. Meski demikian, masyarakat Bali hanya bisa memaafkan atas nama persaudaraan dan kedamaian di muka bumi.

Kegiatan serupa juga digelar di sejumlah kota di Australia. Dave Byron dan keluarga misalnya berdiri di Pantai Cooger sambil mengenang anaknya, Chloe Byron, remaja 15 tahun yang menjadi korban bom bali.

"Setiap aku bangun dan memandangi foto putriku, aku bahagia sekaligus sedih. Meski demikian, aku menyimpan seribu kenangan tentang putriku," kata Dave, dilansir dari Daily Telegraph.

Dave bercerita, setiap peringatan bom bali dia akan selalu mengenakan baju hawaii bewarna ungu. Chloe biasanya selalu tertawa setiap ayahnya memakai baju itu.

Tragedi bom bali terjadi akibat ledakan di Sari Club dan Paddy Bar di Bali pada 12 Oktober 2002. Dari ratusan korban tewas, 88 orang di antaranya adalah warga negara Australia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement