REPUBLIKA.CO.ID, THANDWE -- Muslim pendukung pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi berharap pemerintahan yang dipimpin Suu Kyi mampu meningkatkan taraf hidup mereka di negara bagian Rakhine, Sabtu (17/10).
Banyak Muslim di Rakhine mengalami diskriminasi pada 2012 dan 2013.
Muslim berharap banyak pada Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Suu Kyi meski partai tersebut tidak memiliki kandidat Muslim untuk pemilu 8 November. NLD juga dikritik karena tidak bersuara saat Muslim Myanmar mengalami marjinalisasi.
Suu Kyi mengunjungi Thandwe, Sabtu. Banyak Muslim di Thandwe dan penduduk sekitar datang untuk melihatnya. Mereka menyatakan masih mendukung Suu Kyi dan berharap NLD mengakhiri diskriminasi terhadap mereka, dan menggagas rekonsiliasi antara Muslim dan Budha.
"Kami memiliki sedikit harapan. Hak kami tidak setara. Saya harap Bunda Suu memenangkan pemilu dan kami akan dapat hak kami," kata seorang warga Muslim Win Naing (41 tahun).
Pendukung Suu Kyi lain, Tun Win (48) dari desa di luar Thandwe mengatakan Muslim di sana mengahadapi pelecehan dari penganut Budha. Dia menambahkan banyak Muslim ditolak mendapat kartu identitas dari pemerintah.
"Mereka bilang, 'pergilah ke Yangon', tapi kami tidak bisa karena kami tidak punya kartu identitas. Kami datang dan bepergian di sini dan ini tak ubahnya seperti penjara," ujarnya.
Suu Kyi tidak menyebut soal kekerasan di Thandwe pada 2012 dalam pidatonya, Sabtu. Saat pidato di Tongup pada Jumat dia juga tidak mengungkit soal pembunuhan 10 Muslim yang dikeroyok massa.
Suu Kyi justru membuat pernyataan mengenai ketegangan sektarian dan kekerasan secara umum.
"Sangat penting bagi warga apa pun rasnya dan agama hidup di negara ini dengan aman," ujarnya.