REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika
Seorang ibu sembari menggendong bayi bersama perempuan paruh baya sedang memasuki areal Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, belum lama ini. Segera saja mereka mendatangi konter check in maskapai Citilink dengan tujuan Bandara Juanda. Jadwal di tiket tertera pesawat terbang pukul 16.30 WIB. Ketiganya langsung saja masuk ke ruang tunggu bandara pada pukul 15.30 WIB.
Singkat cerita, sang ibu bernama Deviana dan bayinya bernama Reynand, serta pengasuh bernama Bu Rukik tersebut sudah berada di dalam pesawat. Tepat pukul 16.30 pesawat take off menuju Surabaya.
Karena berangkatnya tidak mengalami delay, ketika tiba di Bandara Juanda pun sesuai dengan waktu yang tertera di tiket pesawat pukul 17.55 WIB. Karena tidak membawa koper, Deviana bersama Reynand serta Rukik langsung menuju pintu keluar dan disambut keluarganya yang sudah menunggu di pintu kedatangan.
"Senang rasanya naik Citilink seperti sekarang, jadwal terbang dan tiba bisa tepat waktu. Jadinya, ayah dan ibu yang menunggu di Bandara Juanda bisa ketemu saya sesuai jam janjian," kata Devi kepada Republika.co.id, Senin (19/10).
Perempuan yang bekerja di salah satu bank BUMN tersebut mengaku baru pertama kali naik Citilink. Dia biasanya kalau pulang kampung langsung mengambil penerbangan ke Bandara Abdulrachman Saleh, Malang. Hampir selalu Devi terbang melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Pada waktu itu, ia memilih terbang dari Bandara Halim, lebih karena pertimbangan tiket pesawat ke Malang harganya sedang mahal. "Ternyata saya tidak salah memilih Citilink, selain harganya terjangkau juga tidak molor," ujarnya.
Pengalaman Devi sepertinya bukan sebuah kebetulan. Mengacu pada data Kementerian Perhubungan tentang on time performance (OTP) periode Januari-Desember 2014, Citilink termasuk maskapai dengan jumlah terbang delay yang relatif tidak terlalu tinggi. Dari 54.881 penerbangan, OTP Citilink mencapai 78,20 persen. Dengan kata lain, sebagian besar pesawat yang dioperasikan Citilink terbang sesuai jadwal.
Meski hanya meraih OTP sebesar 78,20 persen pada periode tersebut, nyatanya data internal perusahaan menunjukkan perkembangan cukup baik. Itu setelah dilakukan peningkatan manajemen membuat OTP anak maskapai Garuda Indonesia tersebut sudah di angka 84 persen.
Presiden Direktur Citilink Albert Burhan mengatakan, pihaknya akan terus berbenah demi dapat meningkatkan OTP. Meski termasuk penerbangan low cost carrier (LCC), bukan berarti Citilink mengabaikan masalah delay.
Pasalnya, banyak penumpang rela membayar tiket lebih mahal demi bisa terbang sesuai jadwal. Kendati begitu, ia tidak memungkiri masalah delay kadang disebabkan faktor eksternal, seperti bandara yang padat hingga pesawat harus telat terbang.
Hanya saja, pihaknya tetap ingin memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang dengan menargetkan OTP mencapai 85 persen."Dari kejadian sebelum ini, on time menjadi hal utama," katanya kepada wartawan belum lama ini.
Dengan membenahi soal ketepatan waktu terbang, ia berani memprediksi jumlah penumpang Citilink dapat naik dari 7,8 juta pada 2014 menjadi 11,2 juta penumpang di 2015, tentu dengan penambahan rute baru pula.