Senin 26 Oct 2015 14:35 WIB

Ini yang Dijelaskan Jokowi Soal Karhutla kepada WNI di AS

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Angga Indrawan
Pesawat bom air asal Rusia Beriev BE-200 melakukan pemadaman kebakaran dari udara di Kawasan Air Sugihan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Sabtu (24/10).
Foto: Antara/ Nova Wahyudi
Pesawat bom air asal Rusia Beriev BE-200 melakukan pemadaman kebakaran dari udara di Kawasan Air Sugihan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Sabtu (24/10).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Joko Widodo menyinggung masalah bencana kabut asap dan kebakaran hutan. Kali ini, Jokowi memaparkan sejumlah persoalan tersebut di hadapan sekitar 1.250 warga dan para diaspora Indonesia di Amerika Serikat.

Presiden mengingatkan, bencana asap sudah ada di Indonesia sejak 18 tahun lalu dan setiap tahun selalu ada. Hanya saja, sebutnya, tahun ini menjadi terbesar karena adanya El Nino, panas yang sangat kering sekali. Jokowi juga menyebut kondisi ini terjadi karena pemberian konsensi lahan gambut yang mencapai 4,8 juta hektar.

“Ini yang kemarin yang sudah dilaporkan ke saya ada tiga  yang sudah dicabut karena dipastikan itu keliru. Tapi kalau kita mencabut sembarangan juga nanti dituntut balik maka harus betul-betul teliti," kata Presiden Jokowi dalam dialog yang digelar di Wisma Tilden, Wisma KBRI Washington DC, Ahad malam, (25/10).

Menurut Jokowi, saat ini sudah ada 154 orang tersangka baik dari korporasi, perusahaan, maupun masyarakat terkait kasus kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah di Tanah Air.

"Saya sudah perintahkan pada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk yang terbakar hutannya langsung dicabut izinnya, diambil alih lagi oleh negara," tegas Jokowi.

Presiden menegaskan, ia sudah menyampaikan kepada Menteri LHK untuk dilakukannya moratorium. “Tidak bisa seperti itu, diteruskan tidak bisa. Lingkungan menjadi rusak, hutan menjadi rusak,” ujarnya.

Kalau lahan gambut itu diberikan, kalau terbakar dipadamkan pakai apapun tidak akan pernah kering karena tiga meter di bawah masih membara, lima meter masih membara. Contohnya saat dibantu Rusia, Malaysia, Singapura, Australia, pesawat seperti apapun diterjunkan untuk melakukan bom air tidak akan bisa memadamkan api sebab meski di atasnya sudah tidak ada api tapi di bawahnya masih membara.

Menurut Presiden, pencegahan kebakaran hutan di lahan gambut bisa diselesaikan dengan yang namanya kanal bersekat, kanal blocking. Tapi membuat kanal bersekat itu lama butuh waktu tiga tahun.

“Bukan kanal tapi kanal bersekat, kalau kanal itu justru mengeringkan, dibuat kanal tapi bisa dibuka tutup untuk air sehingga gambut selalu basah terus,”ujar Presiden.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement