REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Situs Gua Pawon, kawasan karst Citatah, Kabupaten Bandung Barat terancam hilang akibat penambangan kapur.
“Beberapa gua di kawasan Karst Citatah dalam kondisi kritis. Gua itu ada di Pasir Bancana, Pasir Masigit, dan Gunung Hawu,” ungkap peneliti Cekungan Bandung yang juga Ketua Masyarakat Geografi Indonesia T Bachtiar, Senin (2/11).
Ia menambahkan, gua tempat ditemukannya kerangka manusia purba itu bisa bernasib tragis seperti Gua Bancana yang berada di Pasir Bancana. Lantaran pada tahun 2014, keberadaannya tidak dapat ditemukan lagi akibat pertambangan kapur.
Saat ini, gua tersebut hanya bisa dilihat melalui dokumentasi seperti foto dan peta saja.
Seharusnya, kata Bachtiar, keberadaan kawasan karst tersebut dipertahankan dan area yang sudah masuk zona lindung itu diperluas. Citatah setidaknya dapat dijadikan laboratorium atau kampus lapangan, katanya.
Situs Gua Pawon sudah dijadikan kawasan cagar lindung arkeologi atau kepurbakalaan setelah ditemukannya kerangka manusia purba.
Penemuan kerangka manusia purba itu pada 2009, selanjutnya ditemukanfragmen tulang kaki manusia dengan panjang antara 20 sampai 30 centimeter.
Usia tulang diperkirakan sama dengan usia manusia Pawon, katanya. Peneliti dan pemerhati karst Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) Budi Brahmantyo menyatakan, mata air dan sungai di kawasan karst Citatah, Kabupaten Bandung Barat, semakin memprihatinkan akibat pertambangan kapur.
"Dari penelitian saat ini tinggal tersisa sedikit mata air dan sungai di kawasan karst Citatah," katanya yang juga pengajar di Departemen Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cahyo Rahmadi juga menyebutkan, pertambangan kapur yang ada di Citatah berpotensi memutus distribusi di kawasan karst tersebut.
"Penambangan di karst berpotensi memutus fungsi karst sebagai pendistribusi air melalui gua. Jika distribusi air terputus menyebabkan mata air hilang dan pemulihan seperti sediakala sangat sulit,kata Cahyo.