Senin 02 Nov 2015 16:27 WIB

Coba Sensasi Pijat dengan Miras Ciu di Banyumas

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nur Aini
Miras, ilustrasi
Miras, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Desa Wlahar, Cikakak, dan Windunegara yang semua masuk wilayah Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas, selama ini sering dikenal sebagai sentra penghasil minuman keras (miras) tradisional atau ciu di wilayah Banyumas. Ratusan warga di ketiga desa ini, mampu menghasilkan ciu sebanyak ratusan liter per hari. 

Meski pihak kepolisian dan Pemkab berulang kali melakukan razia di ketiga desa tersebut, tetap saja upaya ini tidak mampu menghentikan sama sekali aktivitas pembuatan ciu. ''Susah....meski pun di dirazia atau ditangkap berkali-kali, tetap saja ada banyak warga yang sembunyi-sembunyi memproduksi ciu. Soalnya mereka memang tidak memiliki akternatif pekerjaan lain,'' jelas tokoh masyarakat  Desa Wlahar, Pangadi di Banyumas, Senin (2/11).

Melihat kondisi semacam ini, Pemkab Banyums melalui Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata, mencoba mengubah penggunaan ciu dari sekadar untuk mebuk-mabukan, menjadi bahan baku pijat. Penggunaan ciu untuk obat pijat ini, ditunjukkan pada masyarakat dalam acara pemberian makanan bagi monyet ekor panjang di Desa Cikakak.

Usai pemberian gunungan hasil bumi dan buah-buahan pada monyet-monyet yang tinggal di hutan desa tersebut, beberapa orang pejabat Pemkab mencoba pijat dengan bahan baku ciu sebagai pengganti balsam. Hasilnya, beberapa wisatawan yang mencoba pijat dengan bahan baku ciu tersebut, mengaku merasa lebih nyaman dibandingkan menggunakan balsam.

''Rasanya lebih hangat ketimbang mempergunakan balsem, tapi tidak terasa sampai panas. Rasanya lebih nyaman di badan,'' kata Komanda Koramil Wangon, Kapten Inf Sardiman, yang mencoba pijat dengan bahan ciu.

Sedangkan Kabid Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Banyumas Deskart Jatmiko, mangakui belakangan ini pihaknya memang sedang mencoba memperkenalkan pada masyarakat metode pijat dengan menggunakan ciu. ''Ini menjadi salah satu cara untuk mengarahkan produksi ciu di desa ini ke hal-hal positif. Selama ini kita sudah berusaha menghentikan produksi ciu, tapi selalu sia-sia karena kita tidak bisa memberikan alternatif pekerjaan lain pada mereka,'' jelasnya.

Melalui cara ini, Deskart berharap, ciu produksi masyarakat ketiga desa ini, tidak lagi digunakan untuk sekadar mabuk-mabukkan. Namun bisa menjadi lebih memberi manfaat positif, dengan cara menjadi bahan baku pijat. ''Ternyata, pijat dengan bahan baku ciu bisa memberi efek lebih nyaman dibanding pijat dengan balsam,'' katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement