Rabu 04 Nov 2015 21:04 WIB

Hidupkan Madrasah Aliyah Program Khusus

Rep: c16/ Red: Agung Sasongko
Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) menggelar doa bersama menjelang pelaksanaan Ujian Nasional di Masjid MAN Tambak Beras Jombang, Jawa Timur, Kamis (9/4).
Foto: Antara/Syaiful Arif
Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) menggelar doa bersama menjelang pelaksanaan Ujian Nasional di Masjid MAN Tambak Beras Jombang, Jawa Timur, Kamis (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Abuddin Nata menilai ada perubahan paradigma orientasi masyarakat dari model kehidupan beradab menjadi pragmatis. Kuatnya orientasi pragmatik yang bersifat keduniawian ini menyebabkan minat terhadap pendidikan agama Islam menjadi berkurang.

“Agama tidak mempunyai hubungan langsung dengan model kehidupan pragmatis tersebut, sehingga keinginan untuk menjadi ahli agama menjadi kurang,” kata Abuddin kepada ROL, Rabu (4/11).

Rendahnya minat mempelajari pendidikan agama Islam akan semakin memperparah pasokan ilmu agama terhadap  siswa. Menurut Abuddin, pemenuhan kebutuhan pendidikan agama Islam terhadap siswa tidak terlepas dari peran pemerintah daerah. Contohnya saja pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, mewajibkan kepada anak SD untuk mengikuti sekolah Madrasah Diniyah agar kebutuhan ilmu agamanya tercukupi.

“Karena memang kalau hanya sekolah umum pendidikan agama yang diberikan tidak cukup memadai,” tambah Abuddin.

Serupa dengan kebijakan Pemerintah Daerah Lebak, Abuddin menyarankan agar pemerintah menghidupkan kembali program Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) yang pernah diprakarsai oleh Menteri Agama, Munawir Sadzali, dimasing-masing tingkat SD, SMP dan SMA.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement