Sabtu 07 Nov 2015 15:13 WIB

Ini Rincian Pembayaran Broker yang Diduga Atur Pertemuan Jokowi-Obama

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Bayu Hermawan
Hal-15
Hal-15

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedatangan Presiden Jokowi ke Amerika Serikat untuk urusan perdagangan, pertahanan, dan hubungan bilateral ternyata meninggalkan isu tak sedap. Mencuat kabar kalau Pemerintah Indonesia meminta konsultan Singapura untuk melobi agar mendapat akses ke Washington.

Jurnalis Senior Benjamin Bland melalui Twitter-nya menyebutkan kalau konsultan PR Singapura, Pereira International PTE LTD, membayar 80 ribu dolar AS kepada perusahaan PR Las Vegas, R&R Patners, untuk melobi agar Pemerintah Indonesia mendapatkan kesempatan dan akses ke Washington. (baca: Skandal Terungkap! Diduga Broker Bayar untuk Pertemukan Jokowi-Obama).

Seperti dilansir New Mandala, Jumat (6/11) Presiden Jokowi akhirnya bisa bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama meski hanya 80 menit.

Menurut kontrak antara Pereira International PTE LTD dan R&R Patners, biaya konsultasi yang harus dibayarkan kepada  R&R Patners rinciannya sebagai berikut, pembayaran pertama harus dibayarkan sebanyak 20 ribu dolar AS.

Kemudian, pembayaran kedua dilakukan pada 1 Juli 2015 sebanyak 20 ribu dolar AS, pembayaran ketiga dilakukan pada 1 Agustus 2015 sebanyak 20 ribu dolar AS. Sedangkan, pembayaran keempat dilakukan pada 1 September 2015 sebanyak 20 ribu dolar AS. Total pembayaran sebanyak 80 ribu dolar AS.

Klien harus membayar R&R Patners untuk seluruh biaya perjalanan dan akomodasi. Di mana konsultan PR harus melakukan perjalanan di luar Amerika Serikat. Selain itu, klien juga harus membayar seluruh biaya yang dibutuhkan oleh konsultan PR untuk melayani kepentingan klien.

Apalagi, jika kepentingan klien harus dilakukan di luar Amerika Serikat. Kontrak ini diberitahukan kepada klien dan sudah disetujui klien, yakni Pereira International PTE LTD.

Disebutkan jika Derwin Pereira, pemilik Pereira International PTE LTD pernah bekerja untuk koran the Straits Times di Indonesia selama jatuhnya Presiden Soeharto.

Ia menjadi kepala biro waktu itu. Pereira juga dikenal memiliki akses terhadap elite-elite politik di Indonesia untuk mendapatkan informasi yang sangat penting. Ia juga diketahui mengenal Kepala Staf Presiden Luhut Binsar Pandjaitan. (baca: Broker yang Atur Pertemuan Jokowi-Obama tak Tahu Indonesia).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement