REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- PT Angkasa Pura (AP) I Bandara Internasional Lombok (BIL) mengungkapkan total kerugian akibat bandara ditutup selama beberapa hari terakhir mencapai Rp 3 miliar. Angka kerugian itu mencakup kerugian yang dialami maskapai, bandara dan pedagang. Sementara PT AP I mengalami kerugian mencapai ratusan juta dari airport tax yang diterima.
“Implikasi perekonomian (sangat) terpengaruh khususnya di bandara akibat erupsi Gunung Barujari. Transaksi di airport berhenti seperti mairlines, bandara dan pedagang diprediksi sampai Rp 3 miliar keseluruhannya,” ujar GM PT AP I BIL, Pujiono Senin (9/11).
Menurutnya, AP I mengalami kerugian mencapai ratusan juta akibat penutupan bandara. Jika dirata-ratakan jumlah penumpang tiap hari mencapai 3.000 orang dan saat libur akhir pekan mencapai 4.000 orang. Namun, hal itu tidak menjadi masalah sebab BIL ditutup karena masalah alam.
Ia menuturkan, penutupan bandara yang sudah terjadi empat hari dan kembali ditutup hingga Selasa (9/11) terjadi karena letusan Gunung Barujari serta perubahan iklim. Padahal, sebelumnya, PT AP I BIL berencana membuka bandara dengan fakta dilintasan tidak terdapat debu.
Namun, berdasarkan pantauan radar Himawari kondisi penerbanga masih rawan. Sebab, debu masih berada di wilayah Lombok. Selain itu, perubahan angin yang tidak terarah membuat salah satu alasan bandara ditutup sebab mengakibatkan debu berada di wilayahnya. “Ini akan stabil setelah hujan turun. Mudah-mudahan jangan terlalu lama,” ungkapnya.
Pujiono mengatakan setiap saat melakukan koordinasi dengan pimpinan provinsi dan menghimbau kepada masyarakat untuk memutuskan segera akan menggunakan transportasi darat dan laut. Terkait kemungkinan adanya buka tutup bandara tergantung kondisi di lapangan. “Gubernur menyarankan untuk berdoa dengan kejadian ini,” katanya.