Jumat 13 Nov 2015 09:46 WIB

Polda Metro: Pengusaha Bus Bisa Raup Untung dari Aksi Unjuk Rasa

Rep: C33/ Red: Bayu Hermawan
Sejumlah buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (29/10).
Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
Sejumlah buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polda Metro Jaya menggelar dialog pendidikan untuk mengantisipasi tindakan pengunjuk rasa bersama Pimpinan Otomotif (PO) di Aula Traffic Management Centre, Jakarta, pada Kamis, (12/11).

Kabag Rencana dan Administrasi (Renmin) Intelejen Polda Metro Jaya, AKBP Irfan Prawira mengatakan ketika terjadi aksi unjuk rasa di DKI Jakarta, pihak yang diuntungkan adalah pengusaha transportasi seperti Kopaja dan Metro Mini, sebagai penyedia jasa angkutan bagi para pendemo.

Ia menjelaskan melalui data intelejennya, tercatat sebanyak 2.856 aksi demo pertahun terjadi. Kalau dirata-ratakan dalam satu hari di DKI Jakarta ada sepuluh aksi unjuk rasa.

"2.856 pertahun, 284 perbulan, dan rata-rata 10 aksi perhari di Jakarta ini. Tentu bagi pengusaha transportasi ini adalah suatu proyek. Wah duit nih, kalau dikelola dengan baik pasti untung," ujarnya, Kamis (12/11).

Irfan menjelaskan kalau aksi demo merupakan ladang uang bagi pengusaha transportasi. Dengan matematika sederhana ia menilai para pimpinan mendapat keuntungan dari pihak penyewa, khususnya bagi pengunjuk rasa.

"Bayangkan, satu bus itu disewa 500 ribu. Ya kalikan aja dengan jumlah aksi yang ada," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement