REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putri Sulung mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid angkat bicara terkait tragedi penembakan dan pengeboman yang terjadi di Paris, Jumat (13/11) malam lalu. Direktur Wahid Istitut ini pun berharap Prancis dan Uni Eropa dapat bersikap obyektif dan tidak mengkambinghitamkan Muslim Prancis dan Eropa.
"Dengan adanya pengeboman ini saya mencemaskan saudara-saudara Muslim disana mendapat perlakuan tidak menyenangkan," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (15/11).
Ketika mengunjungi Prancis pada acara UNESCO di Paris dua bulan lalu, Yenny mengakui banyak mendapatkan laporan dari sahabat Muslim Prancis. Mereka mengeluhkan stigma negatif dan Islamofobia yang semakin parah. Yenny mengungkapkan karena stigma dan Islamofobia itu banyak Muslim alami didiskriminasi.
Setelah tragedi ini, ia khawatir sikap yang lebih diskriminatif itu akan semakin parah. Mereka akan lebih susah mendapatkan pekerjaan, lebih susah mendirikan masjid atau mushala. Dan mengingat di Eropa tingkat pengangguran juga tinggi, maka anak-anak muda Muslim akan makin frustasi tidak bisa mendapatkan pekerjaan.
Pada agenda G20 di Turki, Yenny berharap agar para pemimpin Muslim mampu memberikan pemahaman lebih baik. "Pak Jokowi bisa memimpin inisiatif tersebut, dengan menunjukkan tradisi Islam toleran yang selama ini dipraktekkan di Indonesia."
Sehingga pembicaraan terkait penanganan terorisme bukan hanya menguatkan komitmen antar negara G20 semata. Namun juga memerangi terorisme, dengan saling memberi pemahaman yang benar, bersinergi antara negara G20, mengenyampingkan sikap diskriminatif dan kepentingan pribadi negara kawasan, demi perdamaian dunia.