Jumat 29 Apr 2022 06:04 WIB

Lima Motif di Balik Munculnya Hadits Palsu

Beredarnya hadits palsu sempat terjadi pada era kepemimpinan Harun al-Rasyid.

Red: Agung Sasongko
Ilustrasi. Waspadai hadits palsu.
Foto:

Lima Motif Munculnya Hadits Palsu

Pertama, motif politik dan kepemimpinan. Salah satu hadits palsu yang muncul dengan latar belakang politik, antara lain, Apabila kamu melihat Muawiyah di atas mimbarku, maka bunuhlah.

Kedua, motif untuk mengotori agama Islam (Zindiq). Salah satu contoh haditsnya, antara lain, Melihat muka yang cantik adalah ibadah. Ketiga, motif fanatisme. Contoh hadisnya, Sesungguhnya Allah, apabila marah, maka menurunkan wahyu dalam bahasa Arab. Dan apabila tidak marah, menurunkannya dalam bahasa Parsi.

BACA JUGA: Waspadai Upaya Merusak Hadis Rasulullah

Ketiga, motif faham-faham fikih. Contoh haditsnya, Barang siapa mengangkat dua tangannya di dalam shalat, maka tidak sah shalatnya. Atau hadis yang berbunyi, Jibril mengimamiku di depan Ka’bah, dan mengeraskan bacaan bismillah.

Keempat, motif senang kepada kebaikan, tapi bodoh tentang agama. Salah satu haditsnya, Barang siapa menafkahkan setali untuk maulud-ku, maka aku akan menjadi penolongnya di hari akhir.

Kelima, motif menjilat kepada pemimpin. Salah satu contohnya, Ghiyas bin Ibrahim an-Nakha’i al-Kufi pernah masuk ke istana Al-Mahdi, seorang penguasa Abbasiyah yang senang sekali kepada burung merpati. Salah seorang berkata kepadanya, Coba terangkan kepada Amirul Mukminin tentang sesuatu hadis. Maka, Ghiyas berkata, Tidak ada taruhan, melainkan pada anak panah, atau unta atau kuda, atau burung.

Hadits palsu, menurut guru besar IAIN Walisongo Semarang Prof Dr H Muhibbin, bisa muncul dalam kitab hadits sahih sekaliber Jami' al-Shahih karya Imam Bukhari. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya, terdapat hadits yang bertentangan dengan Alquran dan antarhadits di dalam kitab tersebut.

Hadits palsunya bermacam-macam. "Ada yang karena tidak sesuai atau bertentangan dengan Alquran, namun ada pula yang tidak sesuai dengan kondisi kekinian," mantan dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo itu.

Salah satu hadits palsu yang terdapat dalam kitab itu, antara lain, tentang Isra Mi'raj. Di dalam kitab itu disebutkan bahwa terjadinya Isra Mi'raj sebelum Muhammad SAW menjadi nabi. Faktanya, Isra Mi'raj itu setelah Rasulullah diutus menjadi Nabi.

Selain itu, lanjut dia, ada pula hadits Nabi yang bertentangan dengan ayat Alquran. Contohnya, tentang seseorang yang meninggal dunia akan disiksa bila si mayit ditangisi oleh ahli warisnya. (Lihat: Kitab Jenazah, bab ke-32, hadis ke 648/I), kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement