REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mantan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang Widjojanto (BW) mengatakan, korupsi itu sama dengan kolonialisme. Apa yang dilakukan koruptor dan dampak yang ditimbulkannya sama dengan perilaku kolonialisme dan dampak bagi masyarakat serta negara.
"Koruptor menggunakan kekuatan modal dan mengeruk sumber daya alam, merusak aturan serta menebar ketakutan masyarakat. Dulu penjajah juga melakukan hal yang sama membangun kekuatan untuk menakuti masyarakat, mengeruk kekayaan. Tidak ada bedanya," ujarnya saat memberikan kuliah umum pada ribuan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Kamis (26/11).
Menurutnya korupsi menjadi penyebab utama hilangnya kepercayaan publik pada birokkrasi, hilangnya banyak sumber daya alam (SDA) dan munculnya kemiskinan. Korupsi bukan hanya sebatas kerugian negara semata namun dampaknya lebih banyak lagi.
"Jutaan anak-anak kita hari ini masih di bawah garis kemiskinan. 70 tahun sudah kita merdeka. Ada apa dengan negara kita," katanya.
Berdasarkan data BPS tahun 2015 angka kemiskinan di Indonesia meningkat menjadi 30,52 juta jiwa. Naik signifikan dibanding data sebelumnya hanya 28,28 juta jiwa.
Jumlah itu menurutnya, dihitung dengan definisi kemiskinan karena pendapatan per kapita per hari hanya 1 dolar, kalau sehari 2 dollar maka akan menjadi 50 persen dari seluruh penduduk di Indonesia.
"Kemiskinan itu produk korupsi," ujarnya.
Indonesia itu masuk kelompok negara menengah. Jumlah APBN Indonesia 5 tahun lalu sebanyak Rp 1.200 Trilyun. Jumlah ini naik menjadi Rp 2.000 Trilyun lebih di 2015. "Namun peningkatan APBN ini tidak identik dengan pengentasan kemiskinan. Buktinya angka kemiskinan tidak semakin surut," katanya.