REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tindakan Angkatan Udara (AU) Turki mengirim pesawat F-16 untuk menembak jatuh pesawat AU Rusia, Sukhoi Su-24 di wilayah perbatasan negara tersebut dengan Suriah menimbulkan amarah Presiden Rusia Vladimir Putin. Putin geram dengan ulah militer Turki. Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan tidak kalah garangnya dengan memperingatkan Rusia agar 'tidak bermain api'.
Memuncaknya ketegangan dua negara yang kuat dari segi militer tersebut memunculkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dunia. Pun dengan masyarakat Indonesia, tidak kalah cemas dengan potensi terjadinya Perang Dunia ketiga.
Hubungan memburuk Turki dan Rusia mendapat perhatian pendiri Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) Joserizal Jurnalis. Dia pun membuat surat terbuka kepada Erdogan yang ditulisnya melalui akun Facebook-nya. Tulisan berjudul 'Nasehat untuk Erdogan' tersebut menjadi pembicaraan di media sosial.
Berikut isi surat tersebut, yang disesuaikan dengan penggunaan bahasa Indonesia baku:
Nasihat untuk Erdogan
Situasi pascapenembakan Su-24 milik Rusia di dekat perbatasan Suriah-Turki oleh Turki masih belum jelas, tapi membuat banyak orang menunggu dengan cemas.
Rusia aktif melakukan gerakan-gerakan diplomasi termasuk dengan Prancis, anggota NATO yang baru saja rakyatnya menjadi korban serangan teror.
Selain melakukan gerakan-gerakan diplomasi, Rusia juga melakukan persiapan militer dengan mengirim kapal perang ke laut Tengah mendekati pantai Suriah dan mengirim sistim rudal yang canggih untuk 'menjaga' langit Suriah dari intervensi pesawat asing.
Ini berarti tidak boleh ada pesawat asing yang terbang di langit Suriah tanpa berkoordinasi dengan Rusia dan Suriah. Ini manuver yang cerdik.
Kontak-kontak militer sudah diputus.
Sanksi-sanksi ekonomi sudah dan akan berlangsung.
Persiapan-persiapan militer lainnya sedang berlangsung.
NATO terpecah, Prancis lebih merapat ke Rusia dan Jerman mengkritik Turki.
Hanya Inggris yang masih nyolot.