REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengumumkan paket sanksi ekonomi untuk Turki sebagai pembalasan atas penembakan pesawat Rusia beberapa hari yang lalu di perbatasan Suriah.
Presiden Vladimir Putin menandatangani garis besar sanksi tersebut dan rinciannya diterbitkan di situs Kremlin. Sejumlah sanksi tersebut antaralain pengetatan impor beberapa produk dari Turki, larangan penerbangan sewa antara kedua negara, dan mengakhiri izin untuk operator Rusia yang menawarkan paket perjalanan ke Turki.
Selain itu, perusahaan Turki yang beroperasi di Rusia serta orang Turki yang bekerja di negara itu akan menghadapi sejumlah larangan. Pemerintah setempat akan membuat daftar barang, bisnis, dan pekerjaan yang mendapat dampak larangan tersebut.
Juru Bicara Putin, Dmitry Peskov mengatakan sedikitnya ada 90 ribu pekerja asal Turki di Rusia. Dengan anggota keluarga, maka jumlah itu bisa menjadi sekitar 200 ribu orang. Rusia merupakan rekan bisnis terbesar kedua Turki dan lebih dari tiga juga wisatawan Rusia mengunjungi Turki tahun lalu.
Seperti dilansir the Guardian, Sabtu (28/11), keputusan tersebut disebut sebagai ketentuan untuk memastikan keamanan nasional dan melindungi warga Rusia dari kriminal dan aktivitas ilegal lainnya. Jumat lalu, Rusia telah memperketat kebijakan pemberian visa kedua negara.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan pihaknya tidak ingin merusak hubungan dengan rekan bisnis yang penting dan meminta pertemuan langsung dengan Putin di Paris pekan depan dalam pertemuan perubahan iklim. Putin meminta Turki meminta maaf sebelum menyetujui pembicaraan itu. Namun, Erdogan menolak meminta maaf.
Erdogan menuduh Moskow bermain api dalam operasi militernya di Suriah. Namun, dia tetap menyesalkan adanya peristiwa penembakan pesawat Rusia. Turki mengatakan pesawat itu tidak patuh saat diperingatkan melanggar batas udara. Namun, Turki mengaku tidak akan menembak jika tahu itu merupakan pesawat Rusia.