REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana menteri Irak Haider al-Abbadi menegaskan tidak memerlukan pasukan asing di wilayahnya untuk memerangi kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Komentar diucapkannya menanggapi pengumuman menteri pertahanan Amerika Serikat (AS) Ashton Carter bahwa pihaknya akan mengerahkan pasukan khusus ke Irak untuk membantu melawan ISIS.
"Kami tidak perlu pasukan tempur darat asing di wilayah Irak," kata Haider al-Abbadi dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari laman Aljazirah, Rabu (2/12).
Dia menambahkan, pemerintah Irak menekankan bahwa setiap operasi militer atau penyebaran setiap pasukan asing, baik khusus atau tidak di wilayah Irak tidak dapat terjadi tanpa persetujuan dan koordinasi.
Semuanya harus menghormati kedaulatan Irak. Sebelumnya Carter mengatakan, kekuatan khusus sedang dikerahkan untuk membantu pasukan Peshmerga Kurdi dan Irak.
"Dalam koordinasi penuh dengan pemerintah Irak, kita menargetkan pasukan ekspedisi khusus untuk membantu tentara Peshmerga Kurdi dan Irak untuk lebih banyak menekan ISIS," kata Carter.
Carter mengatakan pasukan khusus juga akan mampu untuk campur tangan di Suriah, di mana AS telah mengumumkan akan mengirim sekitar 50 tentara operasi khusus. Komentar Carter datang saat parlemen Inggris mempersiapkan untuk memperdebatkan apakah pasukan Inggris Royal Air Force harus memulai pengeboman di Suriah melawan ISIS.
Jika berhasil disahkan oleh anggota parlemen pada Rabu (2/12), jet tempur Inggris akan diizinkan untuk memperpanjang serangan udara melawan anggota ISIS ke Suriah, di mana kelompok tersebut memiliki kantor pusat di Kota Raqqa.
Perdana menteri Inggris David Cameron menyerukan intervensi militer di wilayah ISIS setelah serangan kelompok tersebut di Paris, Prancis, Jumat (13/11) yang menewaskan 130 jiwa. N Rr Laeny Sulistyawati