REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Partai Gerindra mengambil sikap dalam Pilkada Surabaya 2015 dengan tidak mengarahkan dukungan ke calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana karena ada kaitannya dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
"Yang pasti tidak ke Risma, ada kepentingan kita di 2019. Mungkin saat Pilpres gandeng PDIP, tapi kemungkinan itu sangat tipis," kata Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Budi Cahyono saat ditemui wartawan di Surabaya, Kamis (3/12).
Budi yang juga Ketua Umum Persatuan Tionghoa Indonesia Raya (PETIR) ini melanjutkan dengan tidak mendukung Risma, otomatis harus ke pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya nomor urut satu Rasiyo-Lucy Kurniasari yang diusung Partai Demokrat dan PAN. "Memang kita tidak diimbau, tapi otomatislah," ujarnya.
Terkait DPC Partai Gerindra Surabaya yang belum mengarahkan dukungan ke Rasiyo-Lucy, lanjut dia, Budi mengaku karena Gerindra Surabaya tergabung dalam Koalisi Majapahit sehingga dukungan Gerindra tidak terlalu vulgar.
"Harusnya DPC Gerindra juga mendukung Rasiyo-Lucy, tapi kalau terlalu vulgar tidak bagus juga," tegas Budi.
Calon Wali Kota Surabaya Rasiyo mengakui sejak awal Partai Gerindra mengarahkan dukungan ke calon nomor urut satu. Hanya saja DPC Gerindra Surabaya membutuhkan instruksi langsung dari DPP. "Tadi sudah diinstruksikan langsung, bahkan oleh dua Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra," kata calon Wali Kota yang diusung Partai Demokrat dan PAN ini.
Mantan Sekdaprov Jatim ini menjelaskan, pihaknya optimistis memenangkan Pilwali Surabaya tahun ini. Sebab, makin banyak dukungan partai politik (parpol) dan masyarakat ke Rasiyo-Lucy. "Doakan menang. Artinya rakyat Surabaya menginginkan perubahan dalam pemerintahan di Kota Surabaya," ujarnya.