REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencemaran sungai atau kali di Jakarta menjadi fenomena umum yang sering kali dijumpai. Sungai atau kali masih menjadi tempat pembuangan limbah masyarakat, baik limbah domestik, limbah padat maupun limbah hasil produksi.
Kualitas air sungai atau kali merupakan salah satu tantangan terbesar di bidang pengendalian pencemaran. Persoalan ini bertambah rumit saat volume sampah Jakarta masyarakat sedemikian besar. Fantastis, mencapai 6.800 ton per hari.
Sebagian dari jumlah itu adalah hasil pembersihan sungai atau kali, sampah-sampah padat yang tersangkut bantaran atau badan air. Sampah di badan-badan air sungai, kali maupun saluran terbuka akan menjadi penyebab terbesar bencana banjir Jakarta.
Program Setop Nyampah di Kali atau Program SNDK dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta selang tahun 2009-2014 dengan wilayah sasaran di Segmen 1 sampai Segmen 3 Sungai Ciliwung, yaitu titik awal Sungai Ciliwung memasuki Jakarta di perbatasan Jakarta-Depok, sampai ke Manggarai).
Di tahun 2015, Program SNDK dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat dengan pelaksana Kantor Pengelola Lingkungan Hidup (KPLH), menyasar tiga sungai atau kali yang berada di kawasan pemukiman padat penduduk di wilayah Kecamatan Tambora. Yaitu Kali Item, Kali Duri dan Kali Cibubur, yang ketiganya merupakan bagian dari kewilayahan enam kelurahan, yaitu masing-masing Angke, Jembatan Besi, Duri Selatan, Duri Utara, Krendang dan Jembatan Lima.
"Sesuai dengan tujuannya, Program SNDK menyasar terjadinya perubahan sikap dan perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai atau kali, serta secara bersamaan, mengedukasi masyarakat untuk melakukan upaya reduksi sampah pada sumber rumah tangga," kata Kepala KPLH Kota Administrasi Jakarta Barat Rahmat Bayangkara dalam keterangannya, Ahad (6/12).
Program SNDK mengusung dua alternatif, yaitu aktivasi (dan aktivitas) Bank Sampah dan budidaya cacing. Dalam konteks Bank Sampah, Program SNDK menargetkan terbentuknya minimal 2 Bank Sampah di setiap kelurahan sasaran. Bank Sampah adalah sebuah instrumen pelibatan masyarakat dalam reduksi sampah organik (melalui kegiatan komposting) maupun non-organik (melalui kegiatan pemilihan, penimbangan, penjualan, maupun langkah berikutnya dalam hal pembuatan produk daur ulang).
Program SNDK juga memperkenalkan budidaya cacing sebagai tambahan. Program ini diinisiasi melalui Kelompok Tani Budidaya Cacing yang berkedudukan di Rumah Susun Tambora di Kelurahan Angke.
"Dalam perkembangan ke depan, diharapkan budidaya ini akan diduplikasi di tempat lain, salah satu pertimbangannya adalah di pasar-pasar, untuk mengantisipasi tumpukan sampah organik, semisal sisa-sisa sayur-mayur atau sisa makanan," kata Rahmat.