REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menilai tingkat partisipasi pemilih di Pilkada Serentak tahun ini masih rendah. Hal itu terlihat dari tingkat partisipasi di banyak daerah yang kurang dari 70 persen.
Ketua DPP PDIP, Andreas Pereira mengatakan, tingkat partisipasi pemilih yang masih rendah ini adalah tanggungjawab seluruh pihak, partai politik maupun penyelenggara pilkada. Harusnya, seluruh pihak dapat menggerakkan masyarakat untuk ikut dalam pemilihan kepada daerah langsung 9 Desember kemarin.
Salah satu faktor yang membuat tingkat partisipasi pemilih di pilkada masih rendah, menurut Andreas adalah sosialisasi dari penyelenggara yang masih kurang. Minimnya informasi ini membuat masyarakat tidak sadar tanggal 9 Desember adalah hari pemilihan untuk kepada daerah.
“Dulu di mana-mana ada baliho, sekarang sosialisasi dipegang KPU, kenyataannya banyak atribut yang tidak terpasang,” kata Andreas di kantor DPP PDIP, Kamis (10/12). (Banyak Perempuan Menang Pilkada, Ini Kata JK).
Pilkada tahap pertama 9 Desember ini akan menjadi bahan evaluasi semua pihak agar di tahap kedua tahun 2017 nanti tingkat partisipasi pemilih meningkat.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) PDIP, Bambang Dwi Hartono menilai, ada karakteristik unik pada masyarakat Indonesia, yaitu kepercayaan pada calon kepala daerah yang akan ikut dalam pilkada serentak.
Menurutnya, tingkat partisipasi yang rendah dari masyarakat biasanya terjadi pada calon kepala daerah yang sangat kuat dan disukai masyarakat. Mereka percaya terhadap calon yang diusung untuk memimpin kembali. Namun, jika kepercayaan pada calon kepala daerah kurang, tingkat partisipasi justru akan lebih tinggi. Sebab, ada upaya dari masyarakat untuk memilih calon lain.
“Mereka akan berupaya menghadang calon yang tidak dipercayainya dengan memilih pasangan calon lain,” kata Bambang.