Ahad 20 Dec 2015 23:19 WIB

Rumah Duka Kopilot Pesawat Tempur Golden Eagle Dibanjiri Pelayat

Rep: edy setiyoko / Red: Karta Raharja Ucu
Petugas berjaga di dekat bangkai pesawat Golden Eagel (T-50i) Jet Trainer yang ditutup dengan terpal setelah jatuh di Komplek Akademi Angkata Udara, DI Yogyakarta, Minggu (20/12).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas berjaga di dekat bangkai pesawat Golden Eagel (T-50i) Jet Trainer yang ditutup dengan terpal setelah jatuh di Komplek Akademi Angkata Udara, DI Yogyakarta, Minggu (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rumah duka Kapten (Pnb) Dwi Cahyono (31) dibanjiri pelayat. Jenazah kopilot yang meninggal akibat tragedi kecelakaan pesawat tempur T-50i Golden Eagle disemayamkan di rumah mertua Dukuh Kepuhsari, Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Rumah duka dibanjiri kerabat, handai taulan, tetangga, dan jajaran TNi Angkatan Udara. Ini sejak jenazah diserah-terimakan dari Rumah Sakit Harjolukito, Lanud Adisucipto, Yogyakarta, kepada keluarga. Ahad malam, tamu yang hendak menyampaikan rasa duka kian banyak. Saking banyaknya tamu, halaman Kampus Universitas Sanata Dharma dipinjam untuk menampung kendaraan tamu.

Puluhan jamaah pengajian kampung setempat menunaikan pembacaan Surat Yasyin dan puji tahlil, dzikir. Pembacaan doa menambah kesan duka mendalam bagi keluarga almarhum alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) 2005.

Mertua almarhum, Dr Basuki tampak pucat lemas. Ketua Yayasan Pendidikan Indonesia, penyelenggara pendidikan Universitas Widya Dharma (Unwidha) Klaten, mencoba tampak tegar. Ia menerima ucapan belasungkawa dari tamu yang hadir.

Basuki sempat syok ketika menghadapi musibah ini. Ia pertama kali mengetahui kecelakaan pesawat tempur T-50i Golden Eagle dari anak sulungnya, Kapten Priyo. Dia yang kebetulan dinas di Angkatan Udara menerima berita ini dari Lanud Adisucipto.

''Saya terus mencari kebenaran kabar buruk ini. Setelah menerima telepon dari Lanud Adisucipto, saya baru yakin,'' kata Basuki. Beberapa saat kemudian, ia ke Rumah Sakit Harjolukito mengecek jenazah Dwi Cahyo.

Sebelumnya, Basuki tak menerima firasat apapun tentang musibah ini. Ia mengetahui kalau putra menantunya akan demo dirgantara. Ia tidak mampir ketika bertugas ke Yogyakarta. Isteri dan kedua anaknya tinggal di Asrama AU Maospati, Madiun, Jatim.

Keluarga Basuki sebenarnya Senin (21/12) berangkat menunaikan umrah. Lantaran menghadapi musibah ini, Basuki dan istri membatalkan pergi ke Tanah Suci. Sedang adik-adiknya dari Prambanan, Kabupaten Klaten, tidak membatalkan niatnya. ''Makanya, malam ini kami takziah. Karena besok berangkat umrah ke Tanah Suci,'' kata seorang kerabat.

Ratusan karangan bunga mulai memenuhi deretan pinggir jalan sekitar rumah duka. Diantara ucapan belasungkawa berasal dari Ikatan Pilot Indonesia, Pasopati AAU 94, Keluarga Besar Dirgantara Pasha 2006, Alumni AAU 2005, Gubernur AAU, Kepala Stan Angkatan Udara (KSAU), Pangkoopsau I, dan sebagainya.

Upacara pemakaman rencana berlangsung Senin (21/12). Pemberangkatan dari rumah duka pukul 10.00 WIB. Jenazah dimakaman secara militer ke Makam Pahlawan Semaki, Kusumanegara, Kota Yogyakarta.

Dwi menikah dengan putra Basuki lima tahun lalu, diberi karunia dua putra. Dwi sendiri putra purnawirawan AU tinggal di Kampung Sambilegi, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement