Senin 21 Dec 2015 15:41 WIB

Pasar Obligasi Indonesia Bergerak Variatif

Rep: Risa Herdahita/ Red: Nidia Zuraya
Selain saham dan reksadana, obligasi bisa menjadi salah satu sarana investasi.
Foto: Aditya Pradana P/Republika
Selain saham dan reksadana, obligasi bisa menjadi salah satu sarana investasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekan ini sesi perdagangan pasar obligasi akan cenderung singkat. Perdagangan hanya berlangsung selama tiga hari sebelum para pelaku pasar menikmati libur panjang di pengujung 2015. 

Karenanya, laju pasar obligasi pun diperkirakan cenderung variatif dengan asumsi sebagian pelaku pasar masih berkeinginan untuk bertahan di pasar dan melakukan aktivitas perdagangan. "Namun, juga perlu diwaspadai adanya aksi jual yang dapat membuat pasar obligasi terkoreksi," ungkap Analis NH Korindo Sencurities Indonesia, Reza Priyambada, Senin (21/12).

Volume perdagangan, menurut Reza juga akan cenderung turun seiring berkurangnya aktivitas perdagangan jelang libur panjang. Ia memperkirakan laju harga obligasi tidak akan jauh berbeda dengan pekan sebelumnya. "Harga akan bergerak dengan rentang di kisaran ±20 hingga 65 bps," tegasnya.

Sementara, tetapnya suku bunga Bank Indonesia (BI rate) memberikan sentimen positif pada pasar obligasi. Pengaruh BI rate tidak membuat laju rupiah bergejolak seperti sebelumnya sehingga tidak membuat laju pasar obligasi turut bergejolak juga. 

"Tetapi, kenaikan yang terjadi mulai tipis seiring mulai adanya aksi jual pada beberapa seri obligasi," kata dia.

Ia menjelaskan, pada obligasi pemerintah, laju yield dari tenor pendek tercatat mengalami kenaikan yang lebih tinggi dari tenor lainnya. Pergerakan yield untuk pendek, yaitu 1-4 tahun rata-rata mengalami kenaikan yield 1,94 bps. Untuk tenor menengah, 5-7 tahun turun sebesar -6,80 bps, sedangkan panjang 8-30 tahun naik 1,47 bps.

Adapun obligasi korporasi, laju yield cenderung mengalami penurunan. Ini seiring aksi beli yang terjadi. 

Adapun maraknya aksi jual yang sempat terjadi sepanjang pekan kemarin mampu diimbangi oleh adanya aksi beli setelah merespon hasil keputusan the Fed. Namun, pelemahan yang terjadi belum terlalu signifikan melampaui pelemahan sebelumnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement